Perjuangan Penyandang Tunanetra Mengikuti UTBK UNESA, Si Kembar Ingin Jadi Guru

Perjuangan Penyandang Tunanetra Mengikuti UTBK UNESA, Si Kembar Ingin Jadi Guru

Nunkie Alya Lucky Saputri (kanan) dan pendamping yang membantunya menginformasikan visual soal dalam UTBK Disabilitas yang digelar UNESA.-Julian Romadhon-

SURABAYA - HARIAN DISWAY - Ruang Training Centre Lantai 4, Gedung Rektorat Kampus UNESA, Surabaya begitu tenang, Kamis, 11 Mei 2023. Sebanyak enam calon mahasiswa yang menyandang disabilitas tunanetra fokus mengerjakan soal-soal ujian. Headset terpasang di telinga masing-masing. Soal muncul dalam monitor di hadapannya.

Pusat Studi dan Layanan Disabilitas UNESA menyiapkan satu pendamping bagi masing-masing calon mahasiswa. Pendamping itu bertugas untuk menginformasikan terkait soal yang kurang dimengerti, khususnya visual, atau terkait aplikasi NVDA yang digunakan sebagai sistem ujian tersebut.

Non Visual Desktop Access (NVDA) merupakan software pembaca layar yang di-install pada komputer tunanetra. Software tersebut membacakan informasi berbentuk teks pada layar komputer yang akan didengarkan oleh peserta melalui headset mereka.

BACA JUGA:Eri Cahyadi Temui KemenPUPR, Persebaya Akhirnya Bisa Main di GBT

BACA JUGA:Suga BTS Jadi Solois K-pop Pertama yang Nangkring di Top 15 Billboard 200 Selama 3 Pekan

"Ada yang belum terbiasa dengan software NVDA. Karena tak semua bisa terbaca. Khususnya soal dengan visual jpeg, atau berbentuk foto. Maka kami siapkan pendamping untuk menjelaskan semua itu," ungkap Acep Ovel, pengawas utama UTBK calon mahasiswa disabilitas.

Seperti Wanda Nur Fadillah, dia beberapa kali bertanya tentang visual yang terdengar. Pendampingnya memberitahukan ciri-ciri figur atau objek yang ada di layar. Dengan bantuan itu, Wanda bisa menerka jawaban terkait visual tersebut. Begitu pula dengan saudara kembarnya, Windi Nur Fadillah. 


Sebanyak enam peserta calon mahasiswa difabel mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) menjalani Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/5/2023).-Julian Romadhon-Harian Disway

Meerka  sama-sama penyandang tunanetra yang ingin menempuh studi keilmuan Pendidikan Luar Biasa di UNESA. "Jika diterima, saya ingin belajar tekun agar kelak dapat menjadi guru di Sekolah Luar Biasa. Mengajar bagi anak-anak tunanetra. Berbagi ilmu," ujar Windi.

Keenam mahasiswa disabilitas itu sebenarnya tak semuanya tunanetra. Satu di antaranya, Nunkie Alya Lucky Saputri, adalah penyandang low vision. Yakni memiliki gangguan penglihatan, tetapi masih memiliki sisa penglihatan dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan menggunakan alat bantu.

"Untuk Nunkie, kami masukkan dalam peserta disabilitas tunanetra. Hanya metodenya saja yang berbeda. Dia bisa membaca teks dan melihat visual, tapi harus dalam jarak dekat," ujar Ovel. Maka, pendamping memperbesar ukuran teks pada layar komputer. Sehingga Nunkie dapat membaca dan mengartikannya dengan jelas.


Sebanyak enam peserta calon mahasiswa difabel mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) menjalani Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/5/2023).-Julian Romadhon-Harian Disway

Di meja tiap peserta ujian, disediakan reglet. Yakni alat untuk membuat titik-titik timbul yang akan membentuk suatu pola yang mengacu pada huruf-huruf Braille. Dengan alat itu, para calon mahasiswa disabilitas dapat membuat rancangan jawaban pada kertas, sebelum jawaban mereka diunggah melalui software NVDA.

UTBK untuk disabilitas digelar pada Rabu, 10 Mei 2023. Tahun ini, calon mahasiswa peserta ujian sejumlah enam orang. Mereka rata-rata mendaftar untuk masuk prodi Pendidikan Luar Biasa di UNESA. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: