Soe Tjen Marching dan Fakta Gerakan 1 Oktober 1965: Terpaksa Jujur agar Selamat (20)

Soe Tjen Marching dan Fakta Gerakan 1 Oktober 1965: Terpaksa Jujur agar Selamat (20)

Soe Tjen kerap merenung dan bersedih, terutama ketika mengingat pengalaman-pengalaman kelam korban '65 yang pernah didengarnya.-Soe Tjen Marching-

Ketika itu penjaga tahu pula bahwa karib si Gerwani paro baya adalah perempuan itu. “Saya ditanya apa saja yang ditulis oleh kawan saya. Saya jawab, hanya menulis nama-nama kami. Mungkin untuk kenang-kenangan,” ungkapnya. 

Lantas perempuan tua itu tak berkutik ketika ditanya soal di mana kertas-kertas itu disembunyikan. Dia dipaksa mengaku. Jika jujur, maka akan selamat. Jika tidak, tahu sendiri akibatnya. “Mereka tahu tentang keluarga saya di rumah. Keluarga yang sering menjenguk saya. Mungkin saya bisa bebas jika mau jujur,” katanya. 

Tapi jika dia tetap berkelit akan ada beberapa perempuan lagi yang mau mengaku. Keselamatan bisa ada padanya atau dilimpahkan pada perempuan lain. Lantas? “Saya terpaksa jujur. Mengkhianati sahabat saya itu. Kebebasan yang saya rindukan bisa datang jika saya berbuat itu. Tapi saya menyesal. Saya sedih karena tekanan itu,” ujarnya. 

Namun, perempuan tua itu menguatkan diri. Bahwa apa yang dilakukannya demi keluarga di rumah. Agar dia lekas kembali, menemui anak dan suaminya yang begitu dirindukan. “Saya punya anak. Saya tidak bertemu dia sejak usia dini sampai lumayan besar. Sesekali mereka menjenguk saya di penjara. Tapi saya tak pernah diizinkan memeluknya,” ungkapnya. 

Perempuan tua itu tak pernah tahu nasib si Gerwani. Sebab setelah itu dia dipindah ke penjara Surabaya. Di situ dia menerima perlakuan yang lebih layak. Hingga kemudian dibebaskan. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)

Indeks: Dari dalam Kubur, baca besok...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: