Tim 3 Terhambat Medan Berat, Tim 4 Lancar Jaya

Tim 3 Terhambat Medan Berat, Tim 4 Lancar Jaya

Tim juri 4 wilayah pantura sudah sampai di Gresik. Terakhir setelah mendatangi Driyorejo, tim akan berangkat ke Bangkalan, Madura, dan menginap di sana.-Moch Sahirol Layeli-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- KENDATI mengubah rute di hari pertama, tim juri 4 yang bertugas di wilayah pantura masih sesuai jadwal yang direncanakan. Rabu, 17 Mei 2023, tim Michael Fredy Yacob (ketua), fotografer Sahirol, videografer Bagus, dan akademisi Gitadi Tegas Supramudyo sudah sampai di Kodim Gresik.

Rute tim 4 itu tidak terlalu menantang. Tidak ada jalur terjal kendati di beberapa ruas jalan ada kerusakan. Tapi, kekuatan suspensi Honda Mobilio yang digunakan tim 4 mampu meredamnya. Selasa petang, 16 Mei 2023, tim juga mendatangi Desa Pugoh, Kecamatan Bancar, Tuban. Di kota pesisir pantai itu, tim mendatangi Peltu Sonhaji, anggota Kodim Tuban, yang mewakafkan lahan untuk musala dan menjadi guru mengaji. 

Setelah menginap di Lamongan, Rabu pagi, tim mendatangi Serma Duladi di Desa Dumpi Agung, Kecamatan Kembang Bahu, Lamongan. Duladi mengandalkan program pembinaaan ratusan hektare lahan pertanian di kategori ketahanan pangan.

Tim 4 kemudian melanjutkan perjalanan penjurian ke Gresik.  Di kodim Kota Pudak itu, tim mendatangi dua babinsa dengan program inspiratifnya. Serma Rudianto di kategori kerukunan antarumat beragama dan Serka Kowad Izza Elmy di kategori kesehatan.

Rudianto mengandalkan keberhasilannya meredam konflik pada pembangunan wihara di desa binaannya, Desa Petikan, Driyorejo. Cukup tiga tahun, konflik tersebut dapat diredam dan sekarang pembangunan wihara sudah pada tahap pengurukan lahan.

Sementara itu, Izza mengandalkan naluri keibuannyi dalam penanganan stunting di desa binaannyi, Desa Giri, Kecamatan Kebomas. Satu-satunya peserta wanita dalam lomba Babinsa Inspiratif Brawijaya Awards itu memberikan nutrisi tambahan siap makan untuk balita stunting. Menurut Bhayangkari tersebut, program itu diterapkan agar suplemen tambahan tersebut tidak salah sasaran.

Medan tim 4 berbeda jauh dengan medan yang harus ditempuh tim 3 (wilayah tapal kuda). Ada dua desa binaan yang harus didatangi tim juri itu yang berada di ketinggian 2.000 dpl. Sama-sama di kaki Gunung Bromo, tapi sudah beda kabupaten. Kabupaten Probolinggo dan Lumajang.

Untuk mencapai desa binaan Pelda Ahmad Rido’i dari Kodim Probolinggo di Desa Ledokombo, bukan perkara mudah. Perjalanan memang hanya sekitar sejam dari Kodim Probolinggo. Namun, medan yang ekstrem membuat perjalanan tidak bisa cepat ditempuh. Tanjakan dan belokan tajam serta jurang di sisi jalan membuat tim agak tersendat. Ditambah lagi dengan jarak pandang yang sangat terbatas.

Menjelang Ledokombo, tim juri juga harus mengurangi muatan mobil Honda BR-V. Selain mengurangi beban kendaraan karena tanjakan tajam, pengemudi mobil harus mengerti medan. Akhirnya beberapa tim juri berganti motor trail untuk mencapai lokasi.

”Tapi, rasa lelah itu terobati dengan gamelan yang disajikan kepada kami setiba di sana. Benar-benar penyambutan yang luar biasa,” kata Ketua Tim 3 Taufiqur Rohman.

Di desa multietnis dan multiagama itu, ada tiga salam yang lazim digunakan warga setempat dalam semua kegiatan. Formal dan nonformal. Sejak dari Kodim Probolinggo, Ahmad Rido’i mengawal tim. ”Justru yang menyambut kami di lokasi adalah kepala desa dan tokoh masyarakat. Kami disambut di depan Sanggar Pamujan Giri Luhur,” ungkap Taufiq.

Taufiq mengatakan, sebenarnya pihak desa sudah menyiapkan penginapan untuk tim. Tapi, jadwal sangat padat dan tim hendak menuju Senduro, Lumajang. Posisinya sama-sama di lereng Bromo. Jarak keduanya tidak terlalu jauh karena hanya melingkar kaki gunung. Namun, medan yang tidak biasa tak dapat dianggap gampang.

Sempat disarankan untuk menunda keberangkatan tim karena jarak pandang yang makin sangat terbatas. Sampai akhirnya Rido’i bersedia menjadi penunjuk jalan ke Senduro. Kades Ledokombo juga meminjamkan satu mobil lagi untuk memecah tim juri sekaligus menyediakan driver untuk Honda BR-V milik juri.

”Benar-benar medan yang ekstrem. Kami sendiri andai tidak dipandu atau dikawal belum tentu berani melintas. Apalagi pada malam hari. Tidak terlalu larut, kami sudah sampai di Senduro. Bertemu dengan Serka Pribawono dari Kodim Lumajang dengan desa pengabdian Desa Senduro, Kecamatan Senduro. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: