Babinsa Inspiratif Serda Sahar, Rukunkan Mahasiswa di AMN
Serda Sahar bersama mahasiswa binaannya di Asrama Mahasiswa Nusantara di Siwalankerto, Surabaya.-Boy Slamet-
SURABAYA, HARIAN DISWAY- Jaket almamater merah marun dikenakan oleh para mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN). Mereka duduk rapi di ruang pertemuan. Serda Sahar, Babinsa Siwalankerto, sosok yang begitu dihormati oleh para mahasiswa itu, hadir ke tengah-tengah mereka.
Ia mengomando yel-yel mahasiswa AMN. Mereka serentak berdiri dan menyerukan yel-yel itu: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Nusantara. Yes!.
Para mahasiswa yang tinggal di AMN terdiri dari berbagai macam suku dari berbagai macam daerah. Namun mereka hidup rukun, damai, tanpa saling membeda-bedakan. Nyaris tak pernah ada perselisihan di antara mereka. Hal itu tak lepas dari peran Serda Sahar.
"Saya setiap malam ke AMN untuk patroli. Di sela-sela itu, saya selalu menyempatkan untuk berbincang dengan mereka. Ngopi bareng, diskusi bareng. Itu yang membuat kami dekat," ungkapnya.
Dalam tiap pertemuan atau diskusi santai, Serda Sahar selalu menanamkan motivasi tentang persatuan dan kebersamaan di antara mereka. Pun, ia kerap berbagi cerita tentang pengalaman berdinasnya di Papua beberapa tahun silam. Di Papua, Serda Sahar berdinas selama tujuh tahun. Juga dalam lingkungan yang beragam.
Serda Sahar yang menjadi bapak pembina di Asrama Mahasiswa Nusantara.-Boy Slamet-
Dari pengalaman itu, sikap toleran Serda Sahar begitu kuat. Itulah yang ia bagikan kepada para mahasiswa. Termasuk saat ia memberi ceramah bagi mereka, tentang pentingnya toleransi dan persatuan.
Itu pula yang menjadikan para mahasiswa di AMN menyebut Serda Sahar layaknya orang tua mereka sendiri. Seperti Elisabeth Maria Abisay, mahasiswi Sastra Inggris, Unair, asal Papua. "Pak Sahar dapat membaurkan dan merukunkan kami semua. Beliau adalah bapak kami di AMN ini," ungkapnya.
Sebab, jika ada masalah atau perselisihan kecil, para mahasiswa pasti menemui Serda Sahar untuk membantu menyelesaikan masalah. "Ya, saya selalu dipanggil. Tapi tak pernah ada perselisihan besar. Tak ada masalah yang berkaitan dengan isu SARA. Paling-paling soal beda pendapat dan sejenisnya," ujar pria 39 tahun itu.
Bahkan, karena kerukunan dan persatuan yang terjaga dengan baik, di AMN tak pernah ada kasus pencurian atau kehilangan sesuatu. "Di sini mereka semua saling menjaga. Rasa saling memiliki satu sama lain. Kepedulian antar mahasiswa, sekali pun berbeda adat dan budaya, sangat erat. Itulah indahnya AMN," pungkasnya.
Indahnya AMN itu bersemi dan menjadi contoh Indonesia kecil di sudut Kota Surabaya. Bhinekka Tunggal Ika. Persatuan yang terjaga oleh peran seorang Babinsa yang peduli. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: