Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (1): Rute Pertama Menuju Desa Panekan, Medannya Naik Turun

Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (1): Rute Pertama Menuju Desa Panekan, Medannya Naik Turun

PELDA Masyhuriah dari Kodim Magetan menjelaskan program rumah pintar Nawasena kepada tim juri Lomba Babinsa Inspiratif Brawijaya Awards.-Boy Slamet-

Perjalanan tim 1 dalam penjurian Babinsa Award 2023 cukup seru. Hari pertama, kota tujuan yang kami datangi adalah Magetan. Dengan mobil Honda B-RV, perjalanan kami terasa menyenangkan. Terlebih, sambutan yang kami terima juga luar biasa.

---

SEMULA, dalam rapat bersama redaksi Harian Disway dan akademisi Universitas Airlangga, tim kami, tim 1, berisi saya, Boy Slamet, Mohammad Aly Azka Baihaqi, dan Yusuf Ernawan. Namun, dosen Yusuf meminta untuk ditukar posisinya dengan dosen Probo Darono Yekti. Usia dosen Probo masih 28 tahun. Ia merupakan dosen termuda dari akademisi lainnya.

Maka, tim 1 pun terdiri atas tiga orang berusia muda dan hanya satu orang yang sudah agak tua. Yaitu, Pak Boy, tim fotografer. Dari orang yang lebih tua, kami belajar menimba ilmu tentang kebijaksanaan, pengetahuan, dan kesadaran tertinggi untuk mencapai pencerahan. Meski, ia sendiri belum tercerahkan.

Kami sepakat berangkat pukul 8 pagi dari kantor Harian Disway di Jalan Walikota Mustajab. Dirut kami, Tomy C. Gutomo, turut dalam rombongan. Sebab, tujuan pertama kami adalah Kota Magetan, yang sebelumnya melewati Ngawi. Pak Dirut berasal dari kota itu. Karena itu, ia ikut serta.

Jika Pak Dirut sudah bersama kami, segalanya terasa aman sentosa. Pak Dirut sendiri yang menyetir mobil. Kami terlebih dulu menjemput Probo ke kediamannya di kawasan Manyar, Surabaya. 

Sepanjang jalan, Probo dan Pak Dirut bicara hal-hal ilmiah. Mulai negara, politik, hingga isu internasional. Maklum, ia dosen jurusan hubungan internasional di Unair. Pun, Probo ingin mengirim beberapa esainya untuk dimuat Harian Disway. Bukan hal sulit untuk memenuhi keinginan dosen itu.

Surabaya–Ngawi ditempuh sekitar 2,5 jam. Kami sempat singgah di rest area untuk mengisi bahan bakar. Self service. Sebagai ketua tim, saya yang ditunjuk mengarahkan slang ke lubang pengisian di mobil B-RV. Pak Dirut keluar mobil sejenak, lalu memotret saya dengan menggunakan kamera smartphone-nya. 

Hasil foto Dirut Harian Disway itu diunggah ke grup tim juri babinsa dengan teks ”Lebih pantes jadi petugas pom daripada wartawan”. Duh, padahal hasil fotonya keren. Layak dipajang di kamar mandi kantor, di atas urinoar. Sebab, muka saya konon bisa melancarkan siapa saja yang susah buang air kecil.


KETUA Tim 1 Guruh Dimas Nugraha sedang mengisi bensin di SPBU dengan layanan self service.-Boy Slamet-

Sampai di Ngawi, kami menuju Jalan Cendana. Rumah Pak Dirut ada di sana. Jalan Cendana di Ngawi terkenal sebagai rumah orang-orang penting. Sebab, sebagian besar pejabat setempat berumah di sekitar jalan itu. Termasuk bupati Ngawi. Rumahnya ada di pojok. Pak Dirut sempat menunjukkan rumah bupati Ngawi yang waktu itu kondisinya terlihat cukup ramai.

Setelah Pak Dirut turun di depan rumah, gantian saya yang menyetir. Kami melaju ke Magetan. Sebenarnya, jika menilik rute, Ngawi adalah kota pertama. Namun, pasiter Ngawi meminta kami untuk datang agak sore. Dengan demikian, kami menuju Magetan terlebih dulu. Ke Desa Panekan. Tapi, sebelum ke sana, kami singgah di Koramil Magetan. Menemui pasiter setempat, Kapten Sunaryo.

Mobil B-RV cukup nyaman dikendarai. Melaju lancar alias nglenyer. Mesinnya halus dan suspensinya sangat baik. Kami sampai di Koramil Magetan sekitar pukul 2 siang. Pak Sunaryo menyambut kami. Setelah menyeduh segelas kopi, kami disuguhi masakan Padang berisi daging rendang yang nikmatnya tiada tara.

Sekitar pukul 14.30, Pak Sunaryo mengantar kami ke tujuan pertama: Desa Panekan. Azka, tim videografer, yang mengemudi. Di desa itu terdapat seorang babinsa kreatif, yakni Pelda Masyhuriah. Ia bersama para perangkat desa setempat menginisiasi Rumah Pintar Nawasena. 

Menuju Panekan, jalannya tidak mudah. Medannya naik turun. Tapi, kami terhibur dengan pemandangan sangat indah, pepohonan rimbun di kanan kiri, area persawahan, serta Gunung Lawu yang menjulang. Raksasa biru itu seperti sedang mengawasi siapa saja yang ada di bawahnya. Apalagi, cuaca sangat cerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: