Penjurian Lapangan Brawijaya Award (22): Ketika Google Maps Kongkalikong dengan Demit

Penjurian Lapangan Brawijaya Award (22): Ketika Google Maps Kongkalikong dengan Demit

Tim 3 melintasi sebuah hutan di Kabupaten Banyuwangi.- Syahrul Rozak Yahya-

Mobil Honda BR-V meluncur stabil di jalanan pantura sepanjang pesisir pantai Pasir Putih yang sepoi-sepoi. Di dalam, para penumpangnya terlibat perdebatan seru. 

Google Maps sekarang itu menjalin kerjasama dengan demit!” seru saya sengit. 

Betapa tidak, buka saja internet, pasti anda akan menemukan kasus demi kasus di mana mobil tersesat ke dalam hutan belantara hanya gara-gara mengikuti petunjuk Google Maps. Tidak cukup mobil, bus yang segede gaban juga tidak luput dari tipu daya sistem navigasi canggih ini. 

Dan ini bukan praktik baru. Nun jauh sebelum sistem navigasi berbasis GPS sialan ini ditemukan, sudah banyak kasus para dedemit, jin, setan, peri, perayangan, ilu-ilu, banaspati, apapun namanya, punya kesenangan menyesatkan manusia. 

Ada bus STJ masuk hutan Tunggangan Wonogiri, bus Garuda Mas mblasuk hutan Cepu, Blora, bus Pemprov Jatim dipandu ke Pemakaman Umum Desa Pelem, Pare, Kediri. Tentu saja yang paling ngeri adalah bus Pahala Kencana tiba-tiba ada di tengah hutan Blora tahun 2012. 

Setelah boomingnya Google Maps, rupanya para demit itu menemukan metode baru menyesatkan orang, “Kemarin saya itu baru melewati Menganti pak, disesatkan sampai Kepatihan. Berhentinya ya di makam!” kata saya. 

Pak Yusuf lawan debat saya susah untuk merespons. Meskipun dia seorang dosen. Makanya dari awal penilaian ini, saya selalu memakai dua sumber. Yakni Gmaps dan T-wong alias Tekon Wong. Metode navigasi yang paling ampuh sejak zaman kuno. 

Tapi bahkan dengan doa-doa pun, kami tidak selamat dari tipu daya Google dan para demit Pulau Jawa. Pertama, Fiu nyasar ke GT Purwodadi padahal tujuannya Pasuruan. Terus di Desa Sumberejo, Besuki, kami nyasar ke tengah Sawah sehingga harus dijemput Serda Rohmadi. 

Saat itu, di Jalan Raya Lumajang-Kencong. Kami meluncur ke timur menggunakan navigasi. Di Kecamatan Jombang, tiba-tiba maps berubah mengarahkan kami ke utara, terus ke timur, terus ke selatan dan masuk jalan raya lagi. 

“Apa ada jalan ditutup?” tanya Pak Yusuf. 

“Kita lihat saya nanti pak, semoga saja tidak,” jawab saya. 

Kami pun semakin mendekati titik ‘diversi’ tersebut. Penumpang mobil tegang. Setelah dekat, jalan tetap mulus dan tidak ada halangan, saya langgar belokan rute, tetap tidak ada apa-apa. 

“Tung! Continue east!” suara di speaker mobil. 

“Lhaaaaaa….” koar kami bersamaan. Kesal. Rozak meninju jok. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: