Kabar Dari Tanah Suci (24): Deg..Deg..Ser..Naik Telefric Al Hada

Kabar Dari Tanah Suci (24):  Deg..Deg..Ser..Naik Telefric Al Hada

Cable Car Telefric Al Hada banyak dikunjungi jemaah setelah menyelesaikan ibadah haji.-Pamuji Setyawan-Dewangga-

Salah satu tujuan wisata kota Thaif yang sayang untuk dilewatkan adalah kereta gantung Telefric Al Hada. Jemaah haji bisa menikmati pemandangan kota Thaif dari ketinggian 1500 meter sekaligus uji nyali. Berikut catatan Pamuji Setyawan dari Biro Haji dan Umrah Dewangga cabang Ngawi langsung dari Thaif, Arab Saudi. 

--

Tiket untuk naik kereta gantung sebesar 100 riyal dan bisa dibeli secara online. Biasanya sudah didaftar dan disiapkan oleh muthowif ketika kita mendaftar ikut tour ke kota Thaif.

Antrean jemaah haji yang ingin naik kereta gantung cukup padat ketika kami sampai di stasiun kereta gantung Telefric. "Karena musim haji dan para jemaah penasaran jadi banyak yang ingin mencoba. Kalau musim umrah tidak seramai ini,” Her Suprabu, direktur Dewangga Lil Hajj Wal Umroh, menjelaskan. 


Tiket cable car Telefric Al Hada seharga 100 riyal atau sekitar Rp 405 ribu. -Pamuji Setyawan-Dewangga-

BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (23): Rahasia Keharuman Parfum Thaif

BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (20): Di Malaysia Mendaftar Haji Usia 10 Tahun, Berangkat Usia 60 Tahun

Kami pun mengantre sekitar 20 menit, menunggu kereta gantung datang dan silih berganti penumpang. Kereta gantung berjalan pelan ketika memasuki stasiun, pintunya membuka otomatis dan penumpang sebelumnya turun. Kemudian kami bergiliran naik. Satu kereta gantung bisa diisi 6-8 orang. Petugas yang menentukan berapa isi satu kereta gantung berdasarkan perkiraan total berat penumpang. 

Ternyata muat diisi 8 penumpang: Saya, Pak Her Suprabu, Grantika Sunarto Hardjo Wikarto, Bu Isa Ari WisianiWirosumarto, Pak Arif Sulistianto Sugiyono, Bu Partini Asmo Rejo, Bu Dalmi Kromo Setiko Aljiman, dan Bu Isnawati  Suardi Taryani. Semuanya jemaah haji khusus konsorsium Solo. 


Rombongan jemaah haji khusus konsorsium Solo (dari kiri) Her Suprabu, Grantika Sunarto, Isa Ari Wisiani, Arif Sulistianto, dan Partini Asmorejo.-Pamuji Setyawan-Dewangga-

Kereta pun berjalan pelan kemudian sedikit lebih cepat ketika mulai menuruni tebing yang curam. Mungkin sekitar 60 derajat kemiringannya. Lumayan dalam sampai kita tidak bisa melihat dasarnya. Hanya langit di depan mata. 

Semuanya menjerit histeris terutama ibu-ibu jemaah. ”Rasanya deg ser pas tadi turun dari tebing, seperti mau jatuh keretanya,” kata Bu Tika pengusaha kuliner di Solo. ”Iya, mbak. Takut banget,” seru Bu Isna. Apalagi Bu Isna duduk di depan saya menghadap tebing.

Setelah melewati tebing yang curam, kereta gantung berjalan menurun pelan dan sesekali bergoyang-goyang ketika melewati tiang penyangga dari beton. Tangan kami mencari pegangan setiap kali kereta gantung melewati penyangga beton. Seperti ada bunyi gredeg-gredeg.


Water Park yang terlihat dari dalam kereta gantung. -Pamuji Setyawan-Dewangga-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: