Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (2) : AI ”Menyelusup” ke Kampus

Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (2) : AI ”Menyelusup” ke Kampus

ROBOT SIBER menendang bola. Ia dilengkapi perangkat kecerdasan buatan.-Boy Slamet-Harian Disway-

Masifnya penggunaan artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan menjadi perhatian khusus bagi perguruan tinggi. Sejumlah kampus mulai beradaptasi. Ada yang mendirikan program studi khusus AI, ada juga yang mendirikan pusat studi.
 
SEBETULNYA, AI bukan barang baru di dunia pendidikan. Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, misalnya. AI bahkan telah menjadi mata kuliah sejak 23 tahun lalu. Cuma, kondisinya berbeda. Dulu pembelajaran tentang AI memang sangat terbatas. Susah berkembang lantaran butuh komputasi yang sangat berat.
 
”Ibaratnya, AI itu bekerja dengan data yang ada. Makin banyak data, makin butuh kapasitas komputer yang besar,” ujar Kepala Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Kesehatan dan Pusat Unggulan IPTEKS-AI for Healthcare and Society (PUI-AIHes) ITS Rudi Dikairano.
 
Dengan demikian, datanya juga sulit diproses. Berbeda dengan sekarang yang komputasinya tak terbatas. Sebab, semua data terkoneksi dengan cloud computing alias komputasi awan.
 
 
Dalam konsep cloud, kata Rudi, pengguna dapat mengakses dan menggunakan data dengan cepat melalui jaringan internet. Jadi, tidak perlu memiliki infrastruktur fisik sendiri seperti server atau pusat data. 
 
Itulah yang kemudian membuat platform AI bermunculan dalam beberapa waktu belakangan. Bisa diakses siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. ITS tentu melihatnya sebagai peluang yang bagus.
 
”Maka, ITS mendirikan pusat studi khusus AI ini,” ujar Rudi. Dua tahun berjalan, program itu menyedot antusiasme yang tinggi. PUI-AIHes berhasil mengumpulkan puluhan periset AI muda.
 
Mereka terus membuat berbagai prototipe yang sudah diaplikasikan ke dunia nyata. Bahkan, juga dikolaborasikan dengan robotika. Sasaran bidangnya pun bisa macam-macam. Mulai bidang kesehatan, pertanian, hingga olahraga.
 

MAHASISWA ITS Tolib Fali Fadil menata robot siber di ruang robot cerdas ITS.-Boy Slamet-Harian Disway-
 
”Ke depan teknologi AI ini sangat mempermudah pekerjaan semua orang,” jelas dosen Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC), ITS itu. Namun, tentu ada efek sampingnya. Baik secara psikis maupun sosial.

 

Sebab, AI akan selalu mengambil keputusan dengan data yang terus diperbarui. Dari situlah ada kemungkinan bakal bersaing dengan manusia. ”Maka, kita juga butuh etik khusus yang menangani AI. Supaya jangan sampai malah melawan manusia,” tandas Rudi. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: