Misi Arek Ampel Keliling 157 Negara (1) : Dendam Tiga Tahun Dikurung Pandemi

Misi Arek Ampel Keliling 157 Negara (1) : Dendam Tiga Tahun Dikurung Pandemi

PETA DUNIA di belakang Abdul Azis Ba'yaqub ini sudah digambari rute perjalanan keliling dunia.-Boy Slamet-Harian Disway-

Dunia baru saja pulih setelah dihantam badai pandemi Covid-19. Tentu pergerakan manusia yang terpaksa dibatasi selama tiga tahun itu menyisakan luka bagi sebagian orang. Termasuk di hati Abdul Aziz Baya’qub, warga Kampung Ampel, Surabaya. Ia pun memutuskan bakal berkeliling dunia dengan mengendarai motor. 

 

DENYUT kehidupan seolah nyaris berhenti. Orang-orang mengurung diri di dalam rumah. Satu sama lain saling berjaga jarak. Dunia pun terasa melambat.

 

Peristiwa itu sama sekali tak ada yang menduga sebelumnya. Demikian pula di benak Abdul Aziz Baya’qub. Saat awal pandemi Covid-19, arek Ampel itu sedang asyik-asyiknya bekerja di perusahaan agen travel di Dubai, Uni Emirat Arab. 

 

Ia melayani para tamu mancanegara berkeliling dunia. Ke banyak tempat di Afrika, Asia, hingga dataran Eropa. Khususnya orang-orang luar negeri setelah menunaikan ibadah umrah.

 

Aziz bukan karyawan biasa di perusahaan milik pengusaha asal Pakistan itu. Ia termasuk pemegang saham 20 persen. Selain tambahan benefit, Aziz tentu mendapat hak istimewa lain. Yakni tak terikat jam kerja sehingga bebas mau ke mana saja.

 

BACA JUGA : Sarhunta Borobudur, Alternatif Penginapan Murah Dekat Kawasan Wisata Magelang

BACA JUGA : Sandi Ajak Masyarakat Habiskan Libur Idul Adha Dengan Berwisata Di Dalam Negeri

 

Keistimewaan itu dimanfaatkan untuk sering pulang ke tanah air. Apalagi kalau bukan untuk berkumpul bersama keluarga kecilnya. “Sebulan bisa pulang beberapa kali,” kenang Aziz saat ditemui di rumahnya di Nyamplungan, Ampel, Surabaya.

 

Kami dipersilakan duduk di ruang tamu. Kebetulan, Aziz sedang sendiri di rumah. Istri dan anak-anaknya ke luar kota. 

 

Di rumah sederhana dengan warna tembok dominan kuning itulah Aziz tinggal sejak kecil. Keluarga kecilnya pun kerap menantikan kepulangannya dari Dubai. Rehat sejenak dari kesibukan kerja.

 

Tetapi, semua berubah setelah tiba-tiba Covid-19 merebak ke segala penjuru dunia. Dunia pariwisata sekarat. Penerbangan internasional ditutup. Perusahaan agen travel itu lantas bangkrut dalam waktu singkat.

 

“Orang-orang takut bepergian. Omzet langsung anjlok,” tandas lelaki kelahiran 25 Juni 1967 itu. Pendapatan mayoritas Dubai memang dari sektor pariwisata. Dari sektor minyak cuma 5 persen.

 


PENJELASAN Abdul Aziz Ba'yaqub kepada wartawan Harian Disway Mohamad Nur Khotib.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Dari situlah agaknya Aziz patah hati. Keadaan dunia yang makin mencekam membuatnya bimbang. Merasa tak ada daya lagi. Sebab, satu-satunya sumber penghasilannya mampet.

 

Tak mungkin kembali begitu saja ke kampung halaman tanpa pegangan pekerjaan. Dipaksakan tinggal di perantauan pun malah tambah parah. Aziz sempat ditawari tinggal di bersama bosnya.

 

Bahkan, biaya hidupnya akan ditanggung penuh. Tetapi, Aziz menolak tawaran si malaikat asal Pakistan itu. Lantaran bingung memikirkan keluarganya di Surabaya.

 

“Saya memprediksi, pandemi itu tidak akan singkat. Jadi nggak enak juga sama bos,” tutur Aziz lantas meneguk es sirup yang disuguhkan di meja. Lelaki keturunan Arab itu agak tertegun mengenang memori pahit itu. 

 

Tetapi, Aziz tipikal orang yang tak pantang menyerah. Selalu optimistis memandang masa depan. Keberadaan Tuhan ia posisikan di depan untuk menuntun langkahnya.

 

Keimanan semacam itu yang bikin Aziz tatag ambil keputusan. Bahkan termasuk salah satu yang terbesar dalam perjalanan hidupnya. Ia memilih pulang ke kampung halaman. Dengan membawa apa pun yang tersisa.

 

Aziz melanjutkan masa-masa berat itu di rumah. Sempat menganggur sebentar. Memeras otak sudah pasti. Biar dapur tetap ngepul.

 

Ia mengambil semua kesempatan yang ada. Jadi makelar properti, oke. Jadi pelaku UMKM juga, oke. Pemasukan kas keluarga mulai mengalir lagi. Meski jauh bila dibandingkan dengan standarnya dulu di luar negeri.

 

Ekonominya sudah kian stabil. Seiring pandemi Covid-19 yang mulai mereda perlahan. Bahkan, Aziz sempat ambil Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA). 

 

“Ini sekarang tinggal ujian, tapi nanti saja menyusul, butuh uang banyak juga,” ungkap sarjana hukum lulusan Universitas Dr Soetomo Surabaya pada 1990 itu.

 


DOKUMEN-DOKUMEN perjalanan yang membuktikan pengelanaan Abdul Aziz Ba'yaqub.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Rupanya, ada hasrat yang diam-diam lama terpendam. Tiga tahun belakangan. Yang kian hari kian menguat dalam hatinya. Yang berbulan-bulan tak kuasa untuk diredam.

 

Lelaki gundul itu membenarkan posisi duduknya di kursi merah itu. Matanya terlihat lebih menyala. Kedua tangan mengepal di pangkuan. 

 

“Saya ambil misi keliling dunia. Naik motor menyusuri 157 negara,” tegasnya berapi-api. Mungkin, itulah yang disebut passion. Orang rela bersusah payah demi mencapai satu tujuan. 

 

Demikian pula spirit dari keputusan Aziz. Ia begitu merasakan betapa pahitnya hidup di kala pandemi. Kali ini, detak jantung dunia sudah berangsur normal. 

 

Aziz ingin menjadi bagian dari penyebar semangat kebangkitan itu. Ingin mengambil peran dalam pulihnya dunia. Sekecil apa pun dampaknya. Dan menjadi world traveler bukan pilihan yang buruk. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: