AS Ciptakan Obat Baru untuk Atasi Infeksi Pernapasan Bayi

AS Ciptakan Obat Baru untuk Atasi Infeksi Pernapasan Bayi

Ilustrasi perempuan yang merawat bayinya.-Freepik-

HARIAN DISWAY – Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengeluarkan izin itu pada Senin, 17 Juli 2023. Mereka menyetujui obat baru bernama Beyfortus (Nirsevimab). Itulah obat untuk Respiratory Syncytial Virus (RSV), infeksi mematikan yang menyerang bayi.

 

RSV adalah virus yang menyebabkan infeksi pada sistem pernapasan dan saluran pernapasan. Virus itu menjadi penyebab utama bronkiolitis dan pneumonia pada anak-anak di bawah usia 1 tahun. Kerap menyebabkan penyakit parah, bahkan kematian pada bayi di bawah 6 bulan.

 

BACA JUGA : Waspada Penyakit yang Sering Menyerang saat Musim Pancaroba

BACA JUGA : Waspada Flu Singapura di Musim Penghujan, Ini Cara Mengatasinya!

BACA JUGA : Mengenal Flurona, Ketika Flu dan Covid-19 Datang Bersama

 

Menurut Nature Journal, RSV merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi yang baru lahir di seluruh dunia. Nomor satu adalah malaria.

 

Bayi yang berusia enam bulan akan lebih rentan terhadap RSV. Dan tiap tahun, sekitar 120 ribu bayi meninggal akibat infeksi tersebut.

 

Dr John Farley, Direktur Kantor Penyakit Menular di Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA, mengungkapkan bahwa RSV memang sangat serius. ’’Sebagian besar kunjungan ke unit gawat darurat dan dokter disebabkan RSV,’’ ucap Farley.

 

Dengan obat baru itu, dampak RSV akan terkurangi. Anak-anak, keluarga, hingga sistem perawatan kesehatan akan terbantu.

 

Obat Beyfortus dikembangkan oleh Sanofi dan AstraZeneca. Aksinya adalah antibodi monoklonal untuk anak-anak di bawah usia satu tahun. Ia akan menjadi imunisasi RSV pertama yang ditujukan untuk kelompok usia tersebut.

 

FDA juga menyetujui penggunaan suntikan antibodi kedua untuk anak-anak pada usia 24 bulan. Terutama untuk anak-anak berisiko tinggi terhadap RSV.

 

Beyfortus bisa disuntikkan pada bayi sebelum musim RSV mencapai puncaknya pada musim gugur dan musim dingin. Salah satu efek samping yang mungkin muncul adalah bercak kemerahan di sekitar area suntikan.

 

Virus RSV juga banyak menyerang anak di bawah usia lima tahun. Perkiraan jumlah kasusnya mencapai 58 ribu-80 ribu. Meskipun biasanya menyerang bayi dan balita, virus itu juga berpotensi menyerang orang dewasa dengan gejala yang mirip dengan flu biasa.

 

Gejala RSV umumnya muncul dalam waktu empat hingga enam minggu setelah infeksi. Tanda-tandanya adalah pilek, penurunan nafsu makan, batuk, bersin, demam, dan sesak napas.

 

Penularan RSV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan benda yang sebelumnya telah bersentuhan dengan anak yang terinfeksi. Itulah yang menyebabkan anak-anak begitu rentan. Paparan asap rokok juga dapat meningkatkan risiko infeksi RSV akut. (Riviera Michelle Irawan)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: