Diet Jelang Pernikahan Berujung Gangguan Makan yang Harus Diwaspadai Calon Pengantin

Diet Jelang Pernikahan Berujung Gangguan Makan yang Harus Diwaspadai Calon Pengantin

ILUSTRASI seorang perempuan muda yang mengalami gangguan makan gara-gara ingin kurus saat menikah.-The Ranch Tennessee-

HARIAN DISWAY - Ingin tampil cantik saat menikah itu sangat wajar. Melakukan diet khusus agar tampak sempurna di hari bahagia juga sangat, sangat wajar. Namun, jika diet itu keterusan dan berubah menjadi gangguan makan, itu harus diwaspadai. Sebab, efeknya bisa fatal.

Ketika Kelsey Herbers dilamar sang pacar pada Desember 2018, teman-teman dia langsung heboh. ’’Aku enggak sabar melihatmu mengenakan gaun pengantin,’’ kata salah seorang sahabatnya. ’’Kamu bakal terlihat cantik banget,’’ sahut yang lain.

Tidak ada yang salah dari kata-kata mereka. Namun, Kelsey terbebani. Dia merasa teman dan keluarganya menaruh ekspektasi yang sangat tinggi kepadanya. Bahkan ketika dia dan sang kekasih belum menentukan tanggal pernikahan. Perempuan asal New York itu terdorong untuk memenuhi ekspektasi mereka.

BACA JUGA:8 Tips Diet Sehat dan Mudah untuk Anak Sekolah

Untuk tampil ’’perfect’’ seperti harapan orang-orang terdekatnya, Kelsey melakukan diet santai. Pernikahan baru digelar 25 April 2020. Masih banyak waktu untuk menurunkan berat badan sekitar 10 kilo. Agar terlihat langsing di gaun incaran.

Namun, tanpa dia sadari, diet santai itu berubah menjadi obsesi. Yang kemudian berujung pada eating disorder alias gangguan makan. Lebih spesifiknya bulimia. Hal itu berlangsung sampai sekarang, hingga Kelsey membutuhkan bantuan profesional untuk melepaskan diri dari jeratan bulimia.

Kasus Umum


SEORANG perempuan dalam balutan gaun pengantin yang indah. Berdiet untuk hari pernikahan tidak apa, asal tidak kebablasan.-Pexels-

’’Penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga orang yang melakukan diet berujung terkena gangguan makan. Ini kasus yang sangat, sangat umum,’’ ungkap Robyn Goldberg, dietician asal Los Angeles, seperti dikutip The New York Times. ’’Dan sebagian besar di antaranya dialami oleh calon pengantin,’’ lanjut penulis The Eating Disorder Trap tersebut.  

BACA JUGA: 6 Manfaat Diet Mediterania Bagi Kesehatan, Bisa Cegah Diabetes Sampai Alzheimer

Pada awal-awal persiapan pernikahan, gaya hidup Kelsey tidak banyak berubah. Dia membeli mesin eliptikal untuk latihan di rumah, menghitung asupan kalori, dan mengonsumsi makanan sehat. Namun, dua bulan sebelum pernikahan, pandemi menyerang. Pernikahan ditunda.

’’Aku punya lebih banyak waktu untuk mencoba-coba metode diet yang lain. Aku juga terobsesi melihat penurunan berat badanku dari hari ke hari,’’ tutur perempuan 31 tahun itu.

Hanya dalam beberapa bulan, Kelsey membatasi asupan kalori dengan ekstrem. Serta menerapkan rezim olahraga superkeras. Termasuk 45 menit berlari di treadmill, ditambah 120 menit jalan kaki setiap hari. Kalau weekend, porsi jalan kakinya naik jadi tiga jam. Dua tahun setelah tunangan, bobot tubuhnya menyusut 25 kg. Padahal, awalnya, dia hanya ingin turun 12 kg.

BACA JUGA: Kim Seon-ho Gagal Diet di Jakarta, Ini Empat Makanan yang Dicicipinya

Yang lebih menyedihkan dari situasi itu, emosi Kelsey turut terganggu. Dia menimbang badan tiap hari. Kalau beratnya saat bangun tidur naik satu ons saja, mood dia akan berantakan sepanjang hari. Sebaliknya, kalau turun satu ons, seharian dia akan super berhati-hati menjaga makan. Agar beratnya bertahan, atau turun.

’’Aku bahkan tidak mengizinkan diriku minum air putih saat malam. Agar tidak mempengaruhi berat badanku besoknya,’’ tutur Kelsey.

Kepribadian dia juga berubah. Untuk kali pertama, dia bertengkar dengan sang tunangan gara-gara diet. Dia panik kalau tidak bisa makan sendirian. Dia menangis kalau teman-temannya mengajak nongkrong. Dia pergi tidur setiap kali merasa lapar. Agar tidak perlu makan.

Hal terburuk dari itu semua, Kelsey menyembunyikan masalah itu dari teman-teman dan keluarganya. Dia menghindar bertemu mereka. Agar mereka tidak menyadari dia mengalami eating disorder, dan mulai mengintervensi gaya hidup dia.

Efek Pendulum

Kelsey dan sang kekasih akhirnya menikah pada September 2020. Sedangkan resepsinya baru diadakan 11 September 2021. Hampir tiga tahun setelah mereka tunangan. Artinya, kebiasaan makan Kelsey yang baru semakin solid. Dan sulit untuk diperbaiki.

’’Aku semakin terbiasa mendengarkan komentar dan ekspektasi dari orang-orang di sekitarku. Seperti, ’Sabar ya, ketika gaunnya datang, ini semua bakal worth it!’,’’ tutur Kelsey. ’’Pujian mereka atas perubahan badanku makin membuatku bersemangat melanjutkan diet,’’ imbuh dia.

Kelsey akhirnya mengakhiri diet setelah resepsi pernikahan. ’’Kemerdekaan makan akan dimulai dengan menyantap kue pernikahan,’’ dia bertekad.

BACA JUGA: Jennifer Calista: Perempuan dan Persoalan Diet

Yang terjadi kemudian mudah diduga. Kelsey menyantap apa saja tanpa kendali, hingga kemudian menyesal. Lalu diet lagi. Lalu makan lagi, lalu diet lagi. Begitu terus selama berbulan-bulan. Dia akan makan hanya karena dia bisa, dan membatasi makan karena merasa malu. Hingga pada suatu titik, dia membuat dirinya kelaparan selama berhari-hari.

Menurut Clegg, gangguan makan yang terkait dengan pernikahan tidak akan sembuh ketika resepsi usai. Justru akan memburuk. Dan jika pengantin langsung memiliki bayi, kondisinya akan makin parah. ’’Jangan cepat berasumsi bahwa kondisi itu hanya sementara. Segera lakukan sesuatu jika kamu merasa ada yang salah dengan pola makan dan pola pikirmu,’’ tegas dia.

Makanan Alternatif

Robyn Goldberg menyarankan calon pengantin untuk mengubah mindset sebelum melakukan diet pra-pernikahan. Alih-alih diet, dia menyarankan makanan alternatif. Jadi, fokusnya bukan apa yang bisa dikurangi (karbohidrat, lemak). Tapi apa yang bisa ditambah. Misalnya buah, sayur, atau kacang-kacangan yang mengandung protein dan lemak baik.

BACA JUGA: Menumbuhkan Kebiasaan Makanan Sehat pada Anak 

Yang kedua, carilah opsi-opsi makanan yang memuaskan Anda. Baik secara fisik maupun emosional. Misalnya, Anda suka gula, dan tubuh sedang butuh gula. Tapi kalau makan brownies Starbucks yang pekat itu, Anda takut merasa bersalah sesudahnya. Berarti, itu tidak memuaskan secara emosional. Maka, sebaiknya dihindari.

Sebaliknya, Anda suka ikan bakar kecap yang manis. Kebetulan, ikan mengandung protein tinggi dan mengenyangkan. So, ikan bakar lebih memuaskan daripada brownies. ’’Belajarlah untuk lebih sadar dan konsentrasi saat menyantap makanan,’’ saran Goldberg.

Dia juga melarang kita berdiet jika pernah punya riwayat gangguan makan. ’’Jadikan lapar sebagai kompasmu. Kalau lapar, berarti tubuh memang butuh makan,’’ tegasnya. Terakhir, jika Anda merasa tidak nyaman dengan image badan Anda, segera cari bantuan profesional. Karena besar kemungkinan, itu hanya ada dalam pikiran Anda. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the new york times