Fakta-Fakta Polusi yang Masih Ancam Kemerdekaan Hidup Warga Indonesia

Fakta-Fakta Polusi yang Masih Ancam Kemerdekaan Hidup Warga Indonesia

Susana pagi di kawasan Sudirman, Jakarta.-Boy Slamet-Harian Disway-

Kemerdekaan Indonesia telah genap mencapai 78 tahun. Kebangkitan ekonomi terus berlangsung usai dihajar pandemi Covid-19. Tetapi, sektor kesehatan rupanya menyisakan PR. Polusi udara dan lingkungan yang buruk menghalangi warga negara mencapai kemerdekaan yang paripurna.

 

POLUSI partikel 2,5 mikron (PM 2,5) di Indonesia masuk kategori terburuk di Asia Tenggara. Bahkan, menempati peringkat ke-26 secara global. Kualitas udara tidak sehat. Terutama bagi warga yang tinggal di kota-kota besar.

 

DKI Jakarta, misalnya, pencemaran PM 2,5 hariannya terparah. Selalu menempati tiga besar kota berpolusi tinggi di dunia. Bergiliran dengan kota-kota besar dari negara lain. Seperti Doha, Qatar; Doha, Bangladesh; Kuching, Malaysia; dan Kuwait City, Kuwait.

 

Indeks kualitas udara di empat kota itu selalu di atas 150. Melebihi 5 sampai 7 kali standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). DKI Jakarta pun dilaporkan tertinggi dalam sejak awal Agustus. Itu berdasar rilis IQAir, perusahaan teknologi asal Swiss. 

 

Data PM 2,5 tersebut menggabungkan dua hal. Yakni pedoman kualitas udara WHO dan target sementara sebagai dasar visualisasi data dan komunikasi risiko.

 


Peringkat polusi Indonesia.-Grafis: Vaiya-Harian Disway-

 

Menurut IQAir, pemantauan kualitas udara justru lebih banyak melibatkan warga. Yakni melalui berbagai komunitas akar rumput. “Ini sekaligus membuktikan bahwa warga menghendaki kualitas udara yang lebih baik. Kita tidak bisa menunggu pemerintah,” CEO Global IQAir Frank Hammes dalam keterangan resminya.

 

BACA JUGA : Waduh! Polusi Picu Penurunan Angka Harapan Hidup Indonesia, Berkurang 1,2 Tahun

 

Presiden Joko Widodo langsung tancap gas. Mengumpulkan sejumlah menteri untuk rapat terbatas di Istana Negara pada Senin, 14 Agustus 2023. Akhirnya melahirkan beberapa kebijakan baru

 

Pertama, titik razia kendaraan bermotor yang tak lulus uji emisi diperbanyak. Ini karena moda transportasi berbahan bakar fosil dinilai sebagai penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta. Kedua, PNS maupun karyawan perusahaan disarankan bekerja dari rumah (WFH).

 

Namun, perspektif berbeda disampaikan oleh Greenpeace Indonesia. Bahwa polusi udara di ibu kota tidak hanya disebabkan emisi kendaraan bermotor. Tetapi juga oleh aktivitas industri dan PLTU batu bara. 

 

“Pemerintah harus mempercepat pensiun dini PLTU untuk memperbaiki kualitas udara kita,” Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu dalam keterangan resminya. Tentu sekaligus membatalkan pembangunan PLTU yang baru.

 


Pengelolaan Sampah di Indonesia-Grafis: Vaiya-Harian Disway-

 

Hingga kini, setidaknya tercatat 10 PLTU batu bara yang masih beraktivitas di sekitar Jakarta. Baik di Jawa Barat maupun Banten. Semuanya sama-sama mencemari udara Jakarta.

 

Khususnya masyarakat Marunda, Jakarta Utara. Tiga tahun belakangan, warga yang bermukim di rumah susun sewa (rusunawa) harus menghirup polusi debu batu bara. 

 

Sebetulnya, bukan hanya PLTU batu bara dan transportasi. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga berdampak pada pencemaran udara. Bahkan bisa lebih parah.

 

BACA JUGA : Hujan Bisa Luruhkan Polusi Udara, tapi Pertumbuhan Awan Hujan Kecil Sekali

 

Ini disebabkan oleh musim kemarau panjang yang berlangsung sejak April. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, terdapat 1.704 kejadian sepanjang 2023. Hotspot kejadian pun sebetulnya tak jauh berubah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

 

Di Pulau Jawa, karhutla masih menyebar di wilayah-wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Sumatera, masih didominasi Aceh dan Sumatera Barat. Begitu pula di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

 

Salah satu yang terparah terjadi di Pontianak tiga hari belakangan. Dampak karhutla itu belum bisa dikendalikan. Indeks kualitas udara masuk kategori sangat tidak sehat dengan skor 271.

 

Kabut tersebut membuat mata pedih. Bahkan diiringi dengan bau menyengat. Begitu sore atau malam hari disertai debu.

 

Tentu, kualitas udara yang buruk dapat meningkatkan risiko kesehatan. Akhirnya, pemerintah setempat terpaksa membuat kebijakan baru. Para siswa TK, SD, hingga SMP pun diminta belajar secara daring mulai kemarin hingga waktu yang belum ditentukan.

 


Tim pemadam kebakaran berjibaku di lahan gambut Kubu Raya, Kalimantan Barat, Agustus 2023.-Greenpeace-

 

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengimbau kepada warganya agar tak keluar rumah. Apabila terpaksa, maka disarankan memakai masker. Seperti kembali di masa pandemi Covid-19 lalu.

 

Edi pun membantah karhutla itu terjadi di Pontianak. Bahwa kabut asap yang mengepung itu berasal dari daerah lain. "Kota Pontianak kena imbasnya karena kabut terbawa angin," ujarnya seperti dikutip metrotvnews.com.

 

Sementara itu, sungai Indonesia pun banjir mikroplastik. Bahkan telah teridentifikasi mengalir dalam darah, air susu ibu, hingga paru-paru. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) telah menguji kandungan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional. Hasilnya, terdapat lima provinsi yang sungainya tercemar.

 

“Mikroplastik itu tidak bisa terurai. Butuh waktu ratusan tahun,” ujar Kepala Divisi Penelitian Mikroplastik Ecoton Jawa Timur Rafika Aprilianti. Itu berasal dari sampah plastik. Baik yang dibuang di lahan terbuka maupun sungai.

 


Dampak mikroplastik bagi lingkungan.-Grafis: Vaiya-Harian Disway-

 

Mikroplastik punya senyawa kimia yang terbuka. Bisa menyerap zat berbahaya apa saja. Seperti klorin maupun logam berat. Terutama bila terkena cuaca yang panas akan cepat bereaksi.

 

Di sungai, mikroplastik dikonsumsi oleh ikan menjadi nanoplastik. Lantas ikan-ikan itu dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Mengendap di dalam tubuh. Tentu, dampaknya amat buruk bagi kesehatan.

 

“Ada penelitian dengan uji coba terhadap tikus. Hormonnya langsung rusak dalam waktu singkat,” kata Rafika. Apalagi bila masuk tubuh manusia. Akan mengganggu fungsi reproduksi dan metabolisme.

 

Ya. Udara telah begitu tercemar oleh asap. Sebagian warga tidak bisa bernapas dengan lega. Penyakit mengancam. Kini, air dan barang-barang konsumsi harian pun belum merdeka dari polusi. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: