Pekerja Hong Kong Didera Panas Menyengat, Seperti Bekerja di Dalam Sauna

Pekerja Hong Kong Didera Panas Menyengat, Seperti Bekerja di Dalam Sauna

MELEPAS PENAT, Wah beristirahat di sela-sela pekerjaannya sebagai penyemprot hama di Hong Kong.-Isaac Lawrence-AFP-

Cuaca musim panas ini memang sangat panas. Bahkan sampai memecahkan rekor panas. Para pekerja di Hong Kong pun begitu tersiksa dengan panas. Sampai jadi salah satu keluhan terbesar mereka: panas, panas, panas…!

 

’’SEMAKIN lama Anda bekerja, rasanya seperti hujan di dalam baju,’’ gerutu Wah, seorang petugas penyemprot hama di Hong Kong. Lelaki 63 tahun itu tidak mau menyebutkan nama lengkapnya. Ia hanya bersedia ditulis oleh Agence France-Presse dengan satu nama: Wah.

 

’’Rasanya, di dalam baju ini seperti sauna,’’ ucapnya.

 

Hal itu memang beralasan. Sebab, ia bekerja dengan memakai baju pelindung full. Baju hazmat, Dan tugasnya adalah menyemprot trotoar di Hong Kong yang sedang dipanggang oleh gelombang panas.

 

Dalam kondisi itu Wah hanya kuat bekerja selama 15 menit. Wah, wah…

 

Sesekali, ia menanggalkan baju itu. Lalu duduk di bagian belakang mobil yang terbuka. Mengelap keringat. Minum.

 

Wah juga menunjukkan betapa dahsyat ’’siksaan’’ yang diterimanya hari itu, sebuah siang bolong di pekan pertama Agustus 2023.

 

BACA JUGA : Bumi Makin Panas: Suhu 50 Derajat di Maroko, Juli Bulan Terpanas Sepanjang Sejarah di Eropa

BACA JUGA : Dunia Makin Panas, WHO Mulai Khawatirkan Dampak Bagi Manusia

BACA JUGA : World Scout Jamboree, Pramuka dari Berbagai Negara Bertahan dalam Suhu Panas Ekstrem

 

Di depan wartawan, ia mengeluarkan alat pemantau cuaca di kantornya. Angka menunjukkan 32 derajat celsius. Cukup panas. Yang lebih menyiksa adalah kelembapan udara yang mencapai 87 persen. Pengap sekali…

 


SUHU PANAS yang terekam pada alat pemantau cuaca milik Wah, 1 Agustus 2023.-Isaac Lawrence-AFP-

 

Pemerintah pun memberi advis agar para pekerja diberi kesempatan untuk beristirahat lebih panjang saat hari panas. Tetapi, perusahaan bingung. Mereka butuh panduan detail tentang aturan istirahat itu.

 

Para aktivis bilang, tanpa regulasi yang kuat, para pekerja di Hong Kong akan tetap berisiko kerja keras di tengah panas. ’’Pada 2022 saja, temperatur sudah memecahkan banyak rekor. Artinya, dukungan untuk pekerja benar-benar diperlukan,’’ ucap Fish Tsoi, aktivis di Caritas Hong Kong.

 

Tsoi adalah anggota tim riset yang mengukur suhu tubuh para pekerja. Termasuk Wah yang masuk kategori lansia. Pada Juli, Soi menemukan 20 pekerja yang memilih mundur karena lingkungan kerja begitu berat. Lalu, ada juga 10 orang yang diopname karena serangan panas.

 

’’Situasi seperti ini pernah terjadi tahun lalu. Dan sekarang ini terjadi lagi. Rasanya tidak ada langkah proaktif dari berbagai pihak,’’ keluh Tsoi.

 


REHAT SEJENAK, petugas penyemprot hama ini mengelap peluh di bawah sinar mentari yang panas.-Isaac Lawrence-AFP-

 

Menurut Tom Ng, juru kampanye Greenpeace, probem terbesarnya adalah perusahaan yang abai pada keselamatan kerja. Toh, pikir mereka, belum ada aturan yang mengikat. Tidak ada hukumannya.

 

’’Terkait perubahan iklim, pekerja luar ruangan di Hong Kong itu paling rawan,’’ ucap Ng kepada Agence France-Presse.

 

Karena itu, Emily Chan, pakar kesehatan masyarakat di Chinese University of Hong Kong menyambut baik jika ada aturan dari pemerintah. Yang penting semua sepakat.

 

Dia merujuk pada beberapa kota di Tiongkok, termasuk Shenzhen yang bertetangga dengan Hong Kong. Di sana, ada aturan penghentian kerja jika udara terlalu panas. Plus subsidi bagi pekerja terdampak. ’’Di Hong Kong, perlindungan ini sangat lambat,’’ ujarnya.

 


AGAR TAK KEHAUSAN, seorang pekerja konstruksi di Hong Kong minum air di tengah udara panas, Juni 2022.-Isaac Lawrence-AFP-

 

Wah, juga menginginkan ada subsidi. Sebab, ia bekerja dengan bayaran HKD 8 (sekitar Rp 16 ribu) per jam. Jika terlalu banyak istirahat, bayarannya bisa berkurang.

 

’’Padahal, jika Anda bekerja lebih dari setengah jam saja, tubuh Anda sudah tidak mampu lagi,’’ kata Wah.

 

Wah dan beberapa rekannya pun menyesuaikan diri. Mereka istirahat dengan sembunyi-sembunyi. Jika ketahuan beristirahat lama, bayarannya bisa digantung. Tak diberikan.

 

Chuen, 70, mengaku mereka harus bekerja lagi setelah istirahat selama lima menit. Yang penting cukup untuk minum. ’’Ya begitu itu,’’ katanya dalam kondisi berpeluh sambil berteduh… (Doan Widhiandono)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: