Hong Kong Desak Jepang Terus Pantau Zat Radioaktif pada Hasil Laut

Hong Kong Desak Jepang Terus Pantau Zat Radioaktif pada Hasil Laut

Hong Kong Terus Desak Jepang Pantau Zat Radioaktif Pada Hasil Laut-South China Morning Post-

HARIAN DISWAY – Penasihat utama pemerintah Hong Kong mengatakan otoritas Jepang harus memperluas pemantauannya terhadap makanan laut. Pemantauan harus dilakukan guna menilai dampak dari pelepasan air limbah nuklir dari PLTN Fukushima.

Profesor Kenneth Leung Mei-yee, Ketua Dewan Penasihat Makanan dan Kebersihan Lingkungan Universitas Hong Kong, mengatakan bahwa Tokyo Electric Power Company (TEPCO) hanya merilis laporan mengenai kadar tritium yang terkandung dalam sampel air laut, tetapi tidak menyertakan kandungan radioaktif dan sedimen dasar laut.

Leung mengkhawatirkan ada beberapa zat yang tidak bisa dideteksi pada pengujian awal karena tingkat radiasi yang rendah, Ia juga menambahkan bahwa zat tersebut dapat tersumbat dan terkumpul di dasar laut karena arus laut dan gravitasi, sehingga membuat tingkat radiasi semakin tinggi.

BACA JUGA:Diprotes Gara-Gara Air Limbah Nuklir, Jepang Akan Rutin Uji Tes Air Laut Di Sekitar PLTN Fukushima No 1

BACA JUGA:Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Berapa Batas Standar Tingkat Radioaktif Yang Aman Menurut WHO?

“Kami harap Jepang mengizinkan Badan Energi Atom Internasional untuk melakukan pengujian untuk melihat apakah temuan mereka sesuai dengan temuan TEPCO. Laporan yang sesuai dapat membantu mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.” Kata Leung, seperti yang ditulis South China Morning Post.

Sejak Kamis, 24 Agustus 2023, Hong Kong sudah melarang impor produk hasil laut dari 10 prefektur di Jepang – Tokyo, Fukushima, Chiba, Tochigi, Ibaraki, Gunma, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama. Hasil laut tersebut mencakup semua barang mentah ataupun olahan, termasuk garam laut dan rumput laut.

TEPCO memberikan laporan yang menunjukkan tidak ada jumlah tritium yang terkandung dalam sampel air laut yang diambil dari 10 lokasi dalam jarak tiga kilometer dari lokasi PLTN beberapa jam setelah limbah dibuang.

Leung yang juga merupakan ketua profesor kimia di Universitas Hong Kong mengatakan Jepang telah menyimpan lebih dari 1.000 tangki atau lebih dari satu juta metrik ton air limbah radioaktif selama 12 tahun sejak tragedi bencana nuklir Fukushima tahun 2011. Ia juga menambahkan bahwa TEPCO hanya membuang limbah yang baru disimpan, sedangkan tangki-tangki tersebut sudah didesain untuk menyimpan limbah radioaktif untuk jangka waktu yang sangat lama.

TEPCO mengatakan bahwa pihaknya terus berencana untuk terus menganalisis sampel air laut setiap hari selama satu bulan dan akan selalu memberikan hasilnya secara transparan kepada publik.

Kementrian Lingkungan Hidup Jepang juga menyatakan akan menganalisis sampel air laut setiap minggu selama tiga bulan.

Hong Kong mengimpor produk hasil laut dari Jepang senilai US$ 352,3 Juta atau sekitar Rp 5,3 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini.

Sekretaris Lingkungan Hidup dan Ekologi Hong Kong, Tse Chin-wan, mengatakan bahwa pihaknya akan merilis hasil uji radioaktif mereka terhadap hasil laut yang diimpor dari perairan Jepang.

Otoritas pengawas makanan Hong Kong juga mendesak masyarakat agar tidak perlu khawatir tentang hal itu karena makanan tersebut harus melewati rangkaian pengujian sebelum dijual. Mengingat masyarakat Hong Kong memiliki standar yang sangata tinggi untuk masalah keamanan makanan laut. (Nathan Gunawan)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: south china morning post