Berdua Melancong ke Lombok (2-habis) : Terpesona Geo Park Rinjani

Berdua Melancong ke Lombok (2-habis) : Terpesona Geo Park Rinjani

MENTARI UFUK TIMUR yang memanjakan mata dalam perjalanan di Rinjani.-Akhyar-Harian Disway-

Setelah menyusuri Praya, saya dan seorang kawan, Sukma Lia Agustin sampai di Gili Trawangan. Menyelam di laut, berjalan-jalan. dan menggunakan speedboat menuju Pulau Kinawa. Menyaksikan sunset, sunrise, dan milky way.
 
DI kapal, dalam perjalanan menyeberang ke Gili Trawangan, hanya saya dan Sukma yang wisatawan lokal. Sebab, semua penumpangnya bule atau wisatawan asing.
 
Suasana dan keindahan alam Gili Trawangan memang begitu memikat. Banyak pengunjung hadir. Bahkan dari berbagai belahan dunia.
 
Sampai di dermaga, kami disambut oleh pemandangan pantai serta areal perbukitan hijau. Sangat subur.
 
Angin berembus sejuk. Burung-burung melayang di udara, menukik. Menyusup di sela dedaunan. Suara debur ombak dan awan bergulung. Mendung tapi tak sampai turun hujan.
 
Para tour guide datang. Menawarkan fasilitas diving dan snorkeling. Harganya Rp 150 ribu per orang. Saya mendapat alat-alat diving seperti kacamata renang, pelampung dan sejenisnya. Begitu pula Sukma.
 
Mereka juga menyewakan kamera GoPro. Tarifnya sama, Rp 150 ribu. Saya pun menyewa alat itu. Jadi, dua orang menghabiskan biaya Rp 450 ribu.
 
 
Kami sudah siap berenang. Di dalam laut Gili Trawangan akan banyak pesona yang dapat kami temukan.
 
“Sudah siap?” bisik saya pada Sukma. Dia mengangguk.
 
Dari atas speedboat, kami menceburkan diri ke dalam air. Menyelam. Menyibak air. Kacamata renang yang kukenakan berguna untuk melihat suasana dalam air.
 

PATUNG BAWAH AIR menawarkan keindahan pemandangan dan memikat para penyelam.-Akhyar-Harian Disway-
 
Serba jernih, bersih. Ikan-ikan berenang lewat di sekitar kami. Beberapa bergerombol. Saya menjulurkan tangan, gerombolan itu pecah. Menyebar dalam dua arah lalu menyatu kembali.
 
Seekor penyu berenang dengan tenang. Seperti menikmati suasana, atau sedang mengenang masa lalu? Masa ketika penyu itu kecil. Lahir di pantai lalu berlomba-lomba mencapai laut. Sebelum dimangsa camar dan ketam pantai.
 
Saya menyentuh tempurungnya. Dari ukuran tubuh yang besar, sepertinya usia penyu itu telah cukup tua. “Pergilah, berenanglah,” kata saya dalam hati, sembari mengusap tempurung penyu itu lagi.
 
Di dasar laut, terdapat patung-patung yang ditata melingkar. Saya dan Sukma belum menemukan informasi terkait karya seni itu. Tapi sepertinya memang diciptakan sebagai ekosistem terumbu karang. Rumah bagi ikan dan biota laut lainnya.
 
 
Seusai menyelam, mandi dan berganti pakaian, kami berjalan-jalan di Gili Trawangan. Suasana di situ mirip di luar negeri. Banyak turis asing lalu-lalang.
 
Kami berjalan-jalan hingga malam tiba. Sangat ramai. Terdapat open party dengan musik yang rancak. Semua orang begitu menikmati riuhnya malam di Gili Trawangan.
 
Menginap di sebuah hotel dengan tarif Rp 200 ribu per malam, esok paginya, kami memacu motor. Menuju Pelabuhan Kahyangan untuk menikmati keindahan Pulau Kinawa.
 

GERBANG PENDAKIAN menuju Gunung Rinjani, Lombok, NTB.-Akhyar-Harian Disway-
 
Dalam perjalanan menyusuri kawasan Lombok Utara, kami singgah sejenak di Geo Park Rinjani. Di situ terdapat dua pos. Yakni pos Toren bagi jalur pendakian turun; dan pos Sembalun untuk naik. Sembari mengenang masa lalu. Beberapa tahun silam saya pernah mendaki Gunung Rinjani. Salah satu gunung dengan view menakjubkan.
 
Kami tiba di Pelabuhan Kahyangan. Menyeberang, menuju Pelabuhan Oto Tano yang berada di kawasan Sumba Barat. Menggunakan kapal feri. Lama perjalanan sekitar 4 jam. Lumayan, bisa istirahat sejenak. Kami cukup kelelahan.
 
Setibanya di Pelabuhan Oto Tano, hari sudah sore. Senja menjelang. Perut kami lapar. Maka kami membeli dua buah nasi bungkus sebagai pengganjal. Setelah itu, mencari persewaan speedboat untuk menuju Pulau Kinawa.
 
Tarif speedboat Rp 150 ribu. Saya berboncengan dengan Sukma. Lama perjalanan sekitar 10 menit. Di Pulau Kinawa, kami disambut sunset.
 
Matahari malu-malu menyembunyikan diri di balik bukit hijau di padang Kinawa. Di pulau itu memang hanya ada satu bukit saja. Tapi pemandangannya sangat indah.
 
 
Membuka tenda, persiapan istirahat. Tidur sejenak dan malam harinya, kami berbaur dengan para pengunjung lain yang juga sedang camping. Penuh keakraban.
 
Malam itu di angkasa terdapat momen langka: Milky Way. Sang Bima Sakti. Jajaran bintang berpendar dengan bias warna ungu di langit. Sayang, kamera saya tak mampu menangkap momen itu.
 
Orang-orang keluar tenda. Kami serempak memandangi fenomena yang keindahannya tiada banding itu. Bias ungunya menggradasi. Menjadi latar pendar-pendar titik putih berkilauan. Seperti permata melayang.
 

KAMPUNG di tengah Gili Trawangan yang menjadi objek kunjungan para wisatawan.-Akhyar-Harian Disway-
 
Usai menikmati lukisan alam itu, kami beristirahat. Paginya, pukul empat, saya sudah bangun. Begitu juga dengan Sukma. Kami menuju sekitar bukit. Mencoba menangkap sunset.
 
Secercah garis putih muncul. Perlahan-lahan melebar. Remang, cahaya matahari seperti mengendap-endap. Memasuki sela bukit dan rumputan. Air laut dan buih ombaknya pun mulai tampak.

 

Keindahan Lombok dan Pulau Kinawa tak dapat dilupakan begitu saja. Saya mencatat semua kenangan ini sembari berharap, kelak saya akan kembali ke sana. Memeluk kembali sejuta pesona yang pernah terlepas sekian lama. (Muhammad Akhyar Subekhi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: