Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya, NTT, gegara Belis

Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya, NTT, gegara Belis

Ilustrasi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya, NTT, gegara Belis.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mahar kawin memang bisa menyulitkan pria Timur untuk menikah. Bisa membuat frustasi jika tak mampu membayar. Sementara itu, sejoli sudah telanjur cinta.

Di Tiongkok, pada Februari 2015 seorang pria muda calon pengantin sampai bunuh diri gegara mahar (bahasa Mandarin, caili). Itu terungkap di Pengadilan Kota Lu’an, Provinsi Anhui Barat, Februari 2015.

Dikutip dari The Straits Times, 27 November 2015, berjudul Caili' dowry system a huge burden for China men seeking to marry: China Daily, dikisahkan seperti ini.

Pemuda itu (tidak disebut nama) sudah membayar caili 120.000 yuan (sekitar Rp 251 juta) sesuai permintaan orang tua calon pengantin perempuan. Namun, pemuda tersebut stres berat karena itu uang utang. Akhirnya pemuda itu bunuh diri, melompat dari gedung tinggi.

Hakim di Pengadilan Lu’an memerintah keluarga calon pengantin perempuan untuk mengembalikan uang caili kepada keluarga pihak lelaki.

Itu tragedi cinta. Pemuda tersebut bunuh diri karena tidak mampu mengatasi tekanan keuangan untuk menikah. Itu mungkin merupakan kasus yang jarang terjadi. Tapi, banyak laporan media massa mengenai konfrontasi kekerasan calon mempelai pria dengan calon mertuanya karena calon mertuanya menuntut uang dalam jumlah besar. Uang caili.

Idealnya, kondisi apa yang harus ditetapkan oleh seorang wanita Tiongkok untuk menikah dengan pria?

Wanita harus menikah dengan pria yang dia cintai dan percayai, bahwa wanita itu bisa nyaman menghabiskan sisa hidup bersama pria idaman.

Namun, di banyak wilayah Tiongkok, pernikahan tidak lagi hanya bergantung pada cinta. Sudah menjadi seperti kesepakatan komersial yang didasarkan pada kekuatan finansial seorang pria dan keluarganya.

Caili berupa sejumlah uang atau hadiah kepada orang tua wanita, sebagai penghormatan karena sudah membesarkan anak perempuan mereka.

Caili, yang biasa diberikan pria kepada keluarga mempelai wanita, kini menjadi beban finansial yang berat bagi pria yang ingin menikah.

Di India malah sebaliknya. Pihak calon pengantin wanita membayar mahar kepada calon pengantin pria. 

Dikutip dari The Guardian, Kamis, 13 Desember 2007, berjudul Dowry law making us the victims, says India's men's movement, diceritakan sebagai berikut.

Kumar, ahli IT, menikahi Pratibha, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di New Delhi. Pratibha membayar mahar cukup tinggi kepada keluarga Kumar. Setelah lima hari mereka menikah, Pratibha kabur. 

Pratibha lapor polisi, mengaku kabur dari rumah karena dianiaya Kumar. Lantas, Pratibha mengajukan pengaduan ke polisi berdasar undang-undang mahar India. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: