Suami Bunuh Istri di Cikarang, Bekasi, Ada Tapak Tangan Darah di Tembok

Suami Bunuh Istri di Cikarang, Bekasi, Ada Tapak Tangan Darah di Tembok

Ilustrasi tapak tangan darah di tembok.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Itu, satu dari banyak anak setiap tahunnya, yang tersembunyi di balik berita utama tentang pembunuhan, yang kehilangan ibu karena pembunuhan terhadap perempuan. 

Keluarga dan teman-teman akan kesulitan untuk mengambil peran sebagai pengasuh. Sebab, mereka dilanda kehilangan yang tiba-tiba dan tanggung jawab tambahan yang tidak terduga buat pengasuh.

Dia salah satu dari banyak anak yang kehilangan ibu akibat pembunuhan. Anak dilanda kehilangan yang mendadak. Lantas, keluarga besar juga tiba-tiba dibebani tanggung jawab tambahan yang tak terduga. 

Aktivis dan mantan pengacara Clarrie O’Callaghan serta Karen Ingala Smith, kepala eksekutif Nia, sebuah badan amal kekerasan seksual dan rumah tangga di Inggris, mengadakan riset soal itu. Riset bertajuk When Father Kills Mother.

Mereka dibantu pro bono dari Freshfields Bruckhaus Deringer, sebuah firma hukum internasional, dan konsultan Deloitte. 

Tujuan riset mengurangi tingkat femicide. Hasil riset, di Inggris, seorang wanita dibunuh seorang pria setiap empat hari. Atau, 80 wanita dibunuh suami per tahun.

Itu statistik yang tidak berubah selama satu dekade terakhir ini.

O’Callaghan: ”Paling tidak yang bisa dilakukan pemerintah adalah menetapkan secara tepat berapa banyak anak yang terkena dampak dan membuat rencana aksi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Saat ini hal tersebut tidak terjadi.”

Bagaimana dampak psikologis terhadap anak yang ibunya dibunuh ayah?

Contoh kasus: Harry, 6, diminta menggambar apa yang dilihatnya ketika ayahnya menembak ibunya, kemudian ayah bunuh diri.

Harry menjawab: ”Apakah kamu yakin ingin melihatnya?” Lantas dilanjut: ”Saya hanya bisa menggambar wajah sedih.” 

Sering kali, anak-anak tetap diam jika rasa sakitnya terlalu berat bagi pengasuh barunya, dan mereka ditinggalkan lagi oleh pengasuh.

Hasil riset, 40 persen (160 respoden anak) berusia balita saat pembunuhan terjadi. Lebih dari 100 responden anak menyaksikan pembunuhan atau berada di rumah ketika pembunuhan terjadi. 

Dampak yang langsung, mereka menderita kecemasan, mimpi buruk, fobia, stres pascatrauma, perilaku agresif dan ketidakmampuan untuk percaya pada orang.

”Jika mereka berperilaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa, ini harus dianggap sebagai sebuah masalah.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: