Drama Musikal Kolosal Perobekan Bendera (2) : Bukti Atmosfer Patriotisme Warga Surabaya

Drama Musikal Kolosal Perobekan Bendera (2) : Bukti Atmosfer Patriotisme Warga Surabaya

Peserta teatrikal memerankan suasana Jalan Tunjungan era 1945.-Ma'ruf Zaky-Harian Disway-

Perobekan bendera merah-putih-biru di Hotel Yamato, 19 September 1945, adalah bukti kekompakan spirit arek-arek Suroboyo dalam melawan sekutu. Hingga kini, atmosfer patriotisme itu masih terjaga. Drama musikal Merdeka Merah Putih, 17 September 2023, adalah buktinya.

RIBUAN warga itu menyemut di sepanjang Jalan Tunjungan. Sebagian sudah hadir. Berdiri dan duduk di balik pagar yang membatasi areal pertunjukan. Bahkan sejak pukul 11.00, saat para pemain masih menata tempat dan menjalani beberapa geladi. 

Saat pertunjukan dimulai pukul 15.00, antusiasme warga semakin meluap. Mereka seakan larut dalam adegan demi adegan.

Celetukan-celetukan terdengar. ’’Londoe teko. Ayune, Rek. Koyo golekan. Bule asli ancen mangane jus (Belanda datang. Canting sekali. Seperti boneka. Bule asli memang makan jus, Red),’’ ucap seorang pengunjung yang menonton dari sisi timur jalan, tepat di bawah hotel Majapahit.

Ketika itu, ia mengomentari adegan datangnya Willem Victor Charles Ploegman, warga Belanda yang mengibarkan bendera merah-putih-biru di puncak Hotel Yamato. Dalam teatrikal itu, pemeran Ploegman disertai beberapa bule asli. Mereka berdansa-dansi di bawah bendera kerajaan Belanda tersebut.

BACA JUGA : Drama Musikal Kolosal Perobekan Bendera (1) : Libatkan 1.300 Orang, Lebih Khidmad dengan Orkestra

Arek-arek Suroboyo pun marah. Mereka menilai pengibaran bendera itu mencederai kedaulatan bangsa Indonesia yang sudah merdeka pada 17 Agustus 1945.

Ketegangan itu memuncak. Hingga akhirnya terjadilah insiden perobekan bendera tersebut.


Warga Surabaya menyemut di Jalan Tunjungan untuk menonton drama musikal Merdeka Merah Putih, 17 September 2023.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Dan menonton itu, pengunjung pun ikut-ikutan larut. Mereka mengumpat-umpat. ’’Londo jancuk…!’’ seru mereka.

Antusiasme warga itu juga tampak pada pakaian mereka. Beberapa mengenakan busana tradisional jadul. Ada juga yang memakai stiker merah putih kecil di pipi.

Drama musikal yang disutradarai seniman Heri Lentho itu memang sangat kolosal. Aktornya ada 1.300 orang. Mereka berperan sebagai apa saja. Mulai rakyat Surabaya, tentara Jepang, warga Belanda, pejuang yang naik ke atap dan merobek bendera, tim orkestra, hingga figuran yang secara gagah memenuhi atap Hotel Majapahit sembari melambaikan Sang Merah Putih.

Berdasar data yang disampaikan Pemkot Surabaya, para pelakon itu datang dari berbagai latar belakang. Mulai komunitas seni, kampung, sekolah, hingga universitas. Dan yang terlibat pun bukan cuma mahasiswa dari kampus tersebut. Melainkan peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). Selama satu semester, mahasiswa berbagai pulau belajar di Surabaya. Mereka ikut kuliah aktif sambil mempelajari keragaman budaya dan tradisi di tempat mereka belajar.

Karena itu, MC pun menyebutkan beberapa nama kampus yang turut serta dalam teatrikal itu. Misalnya, Universitas Airlangga, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, hingga Universitas Negeri Surabaya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga tak kalah antusias. ’’Alhamdulillah, teatrikal hari ini berbeda. Setiap tahun berbeda. Sehingga, bisa menarik warga. Bukan cuma dari Surabaya, tapi juga luar Surabaya,’’ katanya.


Sejumlah veteran mengikuti drama musikal Merdeka Merah Putih di Jalan Tunjungan, 17 September 2023.-Zaky-Harian Disway-

Eri pula yang akhirnya memimpin penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih yang berkibar di puncak hotel. Seluruh peserta teatrikal ikut serta. Begitu pula penonton yang menyemut di Jalan Tunjungan. Dengan khidmat, mereka melantunkan Indonesia Raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: