Menyoal Pelarangan TikTok Shop (2): Pedagang Keluhkan Iklim Tak Sesuportif Marketplace Lain

Menyoal Pelarangan TikTok Shop (2): Pedagang Keluhkan Iklim Tak Sesuportif Marketplace Lain

Di tengah Pasar Kapasan yang sepi, pedagang terlihat mengoperasikan gawai mereka sembari menunggu pembeli yang kian sepi saja seperti pada 27 September 2023. -M Ma'ruf Zaky-

Para pedagang di pasar banyak yang ambruk. Bahkan juga gulung tikar. Fenomena terebut dijumpai di Pasar Tanah Abang, Thamrin City, hingga industri tekstil Majalaya di Bandung.

FAKTA itu diungkap oleh Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) sejak beberapa pekan lalu. Omzet penjualan para pedagang pun merosot drastis. Mulai dari 60 persen hingga 70 persen.

"Saat ini kita berhadapan pada salah satu media sosial yang menjual barang-barang dari luar negeri," kata Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan dalam keterangan resminya, Kamis, 28 September 2023.

Barang-barang itu umumnya berasal dari Tiongkok dan Thailand. Dijual amat murah melalui social commerce TikTok Shop. Berani menjual dengan harga rugi atau dikenal dengan strategi predatory pricing.

BACA JUGA: Pertempuran Sengit Jualan Live di Tiktok dan Shopee? Mana Yang Lebih Unggul?

Saat ini, IKAPPI sedang mendata jumlah pedagang tekstil di pasar se-Indonesia. Juga untuk mengetahui penyebab tutupnya usaha. Termasuk tren anjloknya omzet pedagang.

"Yang pasti, banyak. Yang bertahan juga masih ada dengan cara otodidak berjualan secara online menggunakan platform media sosial," ungkapnya.

Bukti lain juga tergambar jelas di Pasar Kapasan Baru, Surabaya, kemarin. Tak banyak pengunjung. Toko-toko pun makin lesu.

Salah satunya Toko Dessy Jaya yang menjual grosir baju anak-anak. Seorang penjaga toko, Kartika Sari, terlihat menata baju di rak. Sementara dua penjaga lain tengah mengobrol bersama Sunarti, pemilik toko.

Sunarti pun merasakan sepinya pembeli sejak awal tahun lalu. Omzet hariannya anjlok. Dari yang biasanya bisa tembus Rp 25 juta, kini hanya Rp 2 juta.

Intensitas para pembeli yang biasa mengkulak barang makin jarang. Daya beli mereka turun. "Biasanya dua atau tiga hari sekali ke sini, kulaknya paling dikit Rp 500 ribu. Sekarang dua minggu sekali sudah syukur," kata Sunarti.

BACA JUGA: Menyoal Pelarangan TikTok Shop (1): Barang Impor Harus Berharga di Atas Rp 1,5 juta

Sebab, kata Sunarti, para tengkulak tersebut juga banyak yang mengeluh. Dagangan mereka sepi. Baik yang dijual di emperan atau marketplace lain.

Pola ini berlangsung sejak pertengahan tahun lalu. Tentu Sunarti cukup getir. Apalagi toko milik keluarga itu punya tujuh karyawan.

Sebagai karyawan, Kartika yang paling merasakan sepinya pembeli. Sudah sangat jarang kewalahan melayani pembeli. "Kalah sama TikTok yang jual murah-murah. Kalau Shopee atau yang lain masih jual harga standar," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: