Ambil Potensi Alam Desa Kebontungul, UBAYA dan UKMWS Bikin Kukis dan Teh dari Daun Jati

Ambil Potensi Alam Desa Kebontungul, UBAYA dan UKMWS Bikin Kukis dan Teh dari Daun Jati

Dosen dan mahasiswa UBAYA dan UKMWS yang tengah memproses produk olahan hasil inovasi mereka berupa kukis dan teh dari daun jati. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-

Pembuatan kukis dan teh dimulai dari pengumpulan daun jati dari hutan jati kawasan Desa Kebontungul lalu pemilihan daun jati muda yang berwarna hijau segar.

“Itu menjadi kualitas paling bagus karena daun yang sedang atau tua takutnya ada kutu putih, kami mementingkan kualitas pangan,” ungkapnya.

Langkah selanjutnya yaitu memisahkan daun dari tulang daun terutama yang tebal dan dipotong menjadi kecil-kecil. Daun yang sudah terpotong didiamkan dengan suhu ruang selama 24 jam agar airnya menguap. Jika ingin cepat bisa menggunakan kipas angin.
Inilah produk yang sudah dikemas. Dijual dengan kisaran harga sekitar Rp 12 ribu untuk 100 gram kukis dan Rp 8 ribu untuk teh. -Majalyn Nadiranisa R/HARIAN DISWAY-

BACA JUGA: ’’Kuliah’’ Pengantar Jurnalistik di Harian Disway, Mahasiswa Widya Mandala Diskusi dengan Dahlan Iskan

Kemudian dimasukkan ke dalam food dehydrator (cabinet dryer) hingga kering. Berikutnya daun diubah menjadi serbuk menggunakan mesin penepung herbal (herb grinder). “Lima sampai enam kilogram daun basah bisa menjadi 400 gram serbuk daun,” jelas Tiffany.

Ketika daun sudah menjadi serbuk, maka sudah langsung bisa digunakan seperti dicampur ke dalam adonan kukis atau diseduh bersama bubuk kayumanis hingga menjadi teh.

BACA JUGA: Dekatkan Maba dengan Budaya, Fikom UKWMS Gelar PPKMB di Balai Pemuda

Proses produksi kukis dan teh di Desa Kebontunggul itu akan terus dilaksanakan dengan memberikan pelatihan kepada warga. Kisaran harga yang diberikan sekitar Rp 12 ribu untuk 100 gram kukis dan 8 ribu untuk teh.

Mereka menargetkan penjualan bisa mencapai seluruh Indonesia dan luar negeri. “Produk ini bisa menjadi kebanggaan Desa Kebontunggul dan membantu ekonomi mereka,” tutur Tjie.

Kukis dan teh itu merupakan tahap awal dari pengembangan produk olahan. Ke depan, mereka akan terus mengembangkan inovasi lainnya.

Misalnya pembuatan sabun antiseptik yang ternyata daun jati juga memiliki senyawa antibakteri. “Jadi kita dapat enaknya, dapat juga manfaat kesehatannya,” ucapnya. (Rizquna Qurrota)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: liputan reporter