Konsistensi Dukungan ke Palestina, Quo Vadis?
Ilustarsi perang Palestina-Israel. Menakar Hipokirsme media negara-negara Barat. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
TENSI panas masih terasa di Jalur Gaza dan Tepi Barat, ketika pekan lalu militan Hamas melontarkan roket-roket ke jantung pertahanan Israel. Didapati fakta bahwa serangan Hamas ke Israel merupakan luapan dari balasan perlakuan Israel pada warga sipil Palestina di berbagai titik lokasi dan peristiwa.
Palestina dan Israel telah lama menempuh periode konflik yang berkepanjangan, yang ternyata dianggap sebagai sebuah arena perseteruan antara kekuatan-kekuatan besar yang ada di belakangnya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melontarkan sebuah pernyataan bahwa negara lain tidak boleh mencampuri urusan konflik kedua negara. Padahal, di waktu yang bersamaan, ia menegaskan komitmen untuk mengirimkan bantuan persenjataan yang dibutuhkan Israel.
BACA JUGA:Simak! 5 Negara yang Dukung Palestina di Perang Israel vs Hamas
BACA JUGA:Imbas Perang Palestina-Israel, Rasisme Anti-Muslim Meningkat di Amerika Serikat
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengutuk serangan Hamas dan membela Israel. Di sisi sebaliknya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa kemerdekaan Palestina harus diakui.
Sementara itu, Tiongkok, melalui Menteri Luar Negeri Wang Yi, mengambil posisi aman dengan tetap melihat keadilan antara kedua pihak, baik Israel maupun Palestina.
Di balik kecaman-kecaman melalui media yang ditunjukkan oleh para pemimpin dunia dewasa ini, terdapat beberapa persoalan penting yang sesungguhnya melingkupi konflik antara kedua sisi, antara lain, diuraikan dalam beberapa poin sebagai berikut.
BACA JUGA:Pakar HAM PBB Tuding Israel Melakukan Pembersihan Etnis Massal terhadap Warga Palestina di Gaza
Pertama, belum ada kesepakatan yang cukup jelas dalam memosisikan Palestina sebagai bangsa ataupun sebagai sebuah negara. Secara internal, terdapat dua faksi yang memiliki pengaruh yang besar di Palestina, yakni Fatah dan Hamas.
Otoritas pemerintahan negara Palestina sendiri secara diplomatik berada di tangan Fatah yang tercatat mendirikan sejumlah kantor perwakilan di negara-negara sahabat, termasuk Indonesia.
Dalam poin ini, diperlukan suatu rekognisi terbatas pada siapa pihak yang pantas disebut Palestina lantaran Hamas dianggap sebagai salah satu organisasi masyarakat yang sedang menunjukkan eksistensinya melalui berbagai aksi militer yang dilakukan.
BACA JUGA:Teringat Perang Khandaq: Israel Kepung Palestina, Tel Aviv Dikepung Banjir Duluan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: