Tiga Seniman Jepang Tampilkan Barongsai Kontemporer di Pecinan Tambak Bayan

Tiga Seniman Jepang Tampilkan Barongsai Kontemporer di Pecinan Tambak Bayan

Yukimasa Inamura, Funayama Tetsuro, dan Yui Kudo yang tergabung dalam komunitas Shishi no Habukashi asal Jepang membuat pertunjukan Shishi yang digelar di Tambak Bayan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 21 Oktober 2023.-Majalyn Nadiranisa Rakaputri-Harian Disway

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Beda dengan pertunjukan kesenian barongsai pada umumnya, kali ini tiga seniman asal Jepang yang beraksi. Mereka menyuguhkan seni performatif bertajuk ‘Tambak Bayan Shishi’ pada 21 Oktober 2023 yang berlokasi di Tha Yang (Rumah Besar) Bubutan, Surabaya.

Yukimasa Inamura, Funayama Tetsuro, dan Yui Kudo adalah tokohnya. Mereka merupakan warga asal Jepang yang sedang melakukan residensi selama dua minggu di Tambak Bayan. Menetap di sana membuat mereka memutuskan untuk menciptakan sebuah pertunjukan Shishi.

“Shishi itu artinya seperti Lion Dance,” kata salah satu Anggota Institut Seni Tambak Bayan (ISTB) Bintang Putra. Ia menjelaskan bahwa Shishi yang ada di Jepang sifatnya lokal. Setiap lokasi memiliki perbedaan tersendiri dalam mengemasnya. Berbeda karena pengaruh geografisnya.
Anggota ISTB Bintang Putra, memandu Funayama Tetsuro, Yukimasa Inamura, dan Yui Kudo menjelaskan penampilan barongsai Tambak Bayan Shishi, yang dipentaskan pada 21 Oktober 2023. -Majalyn Nadiranisa Rakaputri/HARIAN DISWAY -

Setelah mereka datang di Surabaya dan menelusur kampung budaya pecinan lainnya, pilihan mereka jatuh pada Tambak Bayan. Warganya yang dirasa sangat guyub rukun, ramah dan menerima mereka menjadi alasannya.

Bintang menyebutkan bahwa hubungan ISTB dengan para seniman yang ada di Jepang cukup dekat. Sehingga pegiat seni yang ada di sana sudah banyak tahu mengenai Tambak Bayan. Hal tersebut juga mendukung alasan mengapa mereka memilih pecinan ini sebagai destinasinya.

BACA JUGA: Meralda Gunawan Promosi Kampung Pecinan Kapasan Dalam

Terlihat warga banyak yang sudah antusias menunggu di sekitar Tha Yang dan depan teras rumah mereka. Menunggu Shishi No Haburashi lewat dengan pentas barongsai kontemporer yang beda dari biasanya. Apa yang beda?

Jika pada umumnya penampilan barongsai menggunakan kostum barong yang lengkap dari kepala hingga badanya, kali ini hanya mereka bertiga bersama warga yang menggunakan kain merah dengan ukuran 3,6 x 5 meter.

Terdapat motif unik dengan makna yang masih mengerucut mengenai Tambak Bayan. Mereka menggunakan teknik batik untuk melukisnya. “Benar-benar tidak tahu cara membatik, lalu mereka pergi ke daerah Dolly, Surabaya untuk belajar membatik,” terang Bintang setelah menerjemahkan perkataan Funayama Tetsuro dalam Bahasa Inggris.

BACA JUGA: Koci Jatim 2022: Rapat bersama Dahlan Iskan hingga Photoshot bersama Barongsai

Kerennya, mereka bisa menyelesaikan karya batik tersebut dalam kurun waktu 4 hari saja. Mengingat kain yang dijadikan media pun tidak berukuran kecil.

Saat dibentangkan, akan terlihat dua bola mata pada bagian atas kanan dan kiri kain. Mereka ibaratkan sebagai matahari dan bulan. Tetsuro menjelaskan bahwa hal tersebut mewakili kehidupan yang terus berulang dan seimbang. 

Keseimbangan ia contohkan seperti ada baik dan buruk, ada yin dan yang, ada matahari dan bulan. Semuanya merupakan bagian dari pelengkap siklus kehidupan manusia. 

Di bagian tengah terdapat pola kotak-kotak yang menunjukkan letak strategis Tambak Bayan. Terlihat banyak motif menggunakan titik-titik. Tetsuro bilang itu mewakili objek apapun yang pernah ia lihat di kampung pecinan tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: