Hasil Sharing Experience Pimpinan Universitas Airlangga: Cupu Manik Astagina dan Kekuasaan
Ilustrasi Prof Mohamad Zainuddin, wakil rektor I Universitas Airlangga pada periode 2005–2007. Ia menceritakan kisah tentang Cupu Manik Astagina.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA: Kebanggaan Dikukuhkan sebagai Mahasiswa Baru Universitas Airlangga
Ketiga anaknya mengejar Cupu Manik Astagina sampai ke telaga. Karena marahnya makin menjadi, Resi Gotama juga memberikan kutukan kepada tiga anaknya seperti kera ketika berebut mainan tersebut.
Subali dan Sugriwa berubah menjadi kera. Dewi Anjani juga berubah menjadi kera, tetapi hanya pada bagian wajah dan tangan.
Kekuasaan
Cerita yang disampaikan Zainuddin tentu sekadar dongeng. Seperti dongeng yang lain, tentu cerita itu bisa disikapi sambil lalu.
Namun, bisa pula dongeng tersebut menjadi tempat untuk berkaca sekaligus peringatan bagi kita semua. Siapa pun, ketika mereka berebut dan dengan sengaja mencari kekuasaan, niscaya jabatan yang diemban tidak akan amanah.
Sah-sah saja seseorang bekerja dengan baik dan ingin meniti karier yang sukses. Namun, yang perlu dilihat adalah apakah cara-cara yang ditempuh untuk mencari jabatan dan kekuasaan itu dilakukan menurut prosedur yang benar ataukah tidak.
Zainuddin dengan tegas menyatakan bahwa jabatan apa pun itu tidak perlu diperebutkan. Sebab, jabatan itu amanah.
Dari apa yang disampaikan Zainuddin, tersirat bahwa kita sebagai dosen maupun sebagai warga negara tidak perlu mencari dan memperebutkan jabatan. Apalagi, menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.
BACA JUGA: FGD dan Rapat Pimpinan Universitas Airlangga (2-Habis): Membangun Reputasi PT di Tingkat Global
Memperebutkan jabatan, apalagi jabatan diperoleh dengan cara yang tidak jujur seperti ketika Dewi Windradi menerima dari Batara Surya, niscaya tidak akan menghasilkan hal-hal yang positif.
Memperebutkan Cupu Manik Astagina diibaratkan memperebutkan kekuasaan yang cara memperolehnya menggunakan rute yang kurang elok.
Dalam cerita itu, Cupu Manik Astagina diperoleh melalui perselingkuhan antara Batara Surya dan Dewi Windradi. Oleh karena itu, kekuasaan tidak elok bila diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak benar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: