Kain Kasa Ternyata Berasal dari Gaza, Begini Asal Usul Sejarahnya
Kain kasa yang dipakai anak-anak Palestina akibat luka dari serangan Israel pada Rabu, 11 Oktober 2023. Kain kasa menjadi salah satu alat penting dalam membalut luka akibat peperangan. -Ali Mahmoud/AP-ABC News
HARIAN DISWAY - Perang Hamas-Israel menyebabkan luka yang mendalam bagi para korban sipil tak bersalah. Sejak perang berlangsung, Israel membombardir masyarakat sekitar. Mayoritas adalah perempuan dan anak-anak Palestina di Gaza.
Dilansir dari Databoks Katadata, United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) melaporkan bahwa total jumlah korban jiwa dalam Perang Israel-Hamas selama 7 Oktober – 15 November 2023 adalah 12.514 orang.
BACA JUGA:Fasilitas Kesehatan Bukanlah Arena Perang, WHO Kecam Serangan Militer Israel ke RS Al Shifa
Korban jiwa terbanyak adalah warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang mencapai 11.261 orang. Adapun korban jiwa dari pihak Israel mencapai 1.253 orang. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah jika konflik tidak berhenti atau gencatan senjata.
Jika berbicara terkait korban jiwa, hal tersebut tidak dapat terlepas dari kain kasa sebagai alat untuk membalut luka akibat peperangan. Faktanya, kain kasa sendiri berasal dari Gaza, Palestina, tempat di mana korban luka sipil banyak berjatuhan akibat Perang Hamas-Israel ini.
Asal Usul Kain Kasa
Dilansir dari American College of Surgeons, bahasa Inggris “kasa” adalah “gauze”, yang mengacu pada kata “gaze” dalam bahasa Perancis atau mungkin dari bahasa Spanyol “gasa”. Kata-kata itu pertama kali muncul pada abad ke-16.
Hal tersebut dikaitkan dengan kata “qazz” dalam bahasa Arab yang berarti “sutra” dan kata “kaz” dalam bahasa Persia yang berarti “sutra mentah”. Kata-kata tersebut berasal dari tempat asal mereka, yaitu Gaza di Palestina.
BACA JUGA:Hamas: Amerika dan Israel Bertanggung Jawab Penuh terhadap Serangan Brutal ke RS Al Shifa
Sumber lain mengatakan bahwa perdagangan kain kasa sudah berlangsung di Eropa sejak abad ke-13. Misalnya, penggunaan kata “garza” di Bologna, Italia pada tahun 1250 dan “gazzatum” di Budapest, Hungaria pada tahun 1279.
Kain kasa awalnya terbuat dari sutra untuk keperluan pakaian. Seiring berjalannya waktu, inovasi terhadap kain kasa mulai berkembang, salah satunya kain kasa untuk keperluan medis.
Penggagas kain kasa dalam pengobatan diprakarsai oleh Dominique Jean Larrey (1766-1842). Dia adalah seorang panglima ahli bedah tentara Napoleon dari Italia pada tahun 1797 sampai Waterloo pada tahun 1815.
BACA JUGA:Tank Israel Kepung RS Al Shifa, Biden Perintahkan Rumah Sakit Harus Dilindungi
Hal tersebut disampaikan Ariel Roguin, seorang dokter penyakit dalam (kardiologi) dari Hillel Yaffe Medical Center, Hadera, Israel.
Ariel mengatakan bahwa wilayah Gaza pada saat itu berada di jalur perdagangan dunia sehingga memungkinkan kain kasa tersebar di sekitar wilayah Gaza hingga Eropa.
Gaza dalam Perdagangan Global Abad Ke-13
Rute perdagangan dunia pada abad ke-12 hingga abad ke-13. Wilayah Gaza berada di jalur perdagangan dunia pada abad ke-13. -World History-
Wilayah Gaza berada di jalur perdagangan dunia pada abad ke-13. Pada saat itu, Perang Salib—perang antara kaum Kristen dari Eropa dan kaum Muslim dari Arab—sedang berlangsung.
Awalnya, wilayah Gaza berada di tangan Dinasti Ayyubiah yang berlangsung sejak abad ke-12 hingga abad ke-13. Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pendiri Dinasti Ayyubiah berhasil mengalahkan pasukan Tentara Salib dari Yerusalem pada tahun 1187.
Dinasti tersebut berakhir sekitar tahun 1250, yang kemudian kekuasaannya jatuh di tangan Dinasti Mamluk. Meskipun demikian, wilayah Gaza tetap berada di tangan kaum Muslim.
Gaza menjadi salah satu wilayah yang memproduksi kain sutra untuk diekspor ke Eropa. Dilansir dari World History, kain sutra dari dunia Timur memainkan peran penting dalam kehidupan bangsawan Eropa pada abad pertengahan.
Wilayah Gaza memiliki dua jalur dalam perdagangan dunia, yaitu Gaza Timur dan Gaza Barat. Jalur Gaza Timur mengarahkan rute perdagangan ke Eropa melalui Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium (sekarang gabungan dari negara Yunani, Bulgaria, Türkiye, dan sekitarnya).
BACA JUGA: Einstein Pernah Tolak Berdirinya Israel, Bahkan Menyebutnya sebagai Sebuah Kehancuran
Adapun jalur Gaza Barat mengarahkan rute perdagangan ke Afrika dengan Kairo sebagai pintu masuk utamanya. Dua jalur tersebut merupakan jalur perdagangan dunia melalui darat.
Jika melalui pelayaran kapal, komoditas perdagangan termasuk kain diangkut di pelabuhan yang berada di Alexandria. Kapal-kapal dari Alexandria mengarahkan rutenya ke Eropa melalui Laut Mediterania. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber