Pelepasan Nyamuk dengan Bakteri Wolbachia Untuk Melawan Penyebaran Demam Berdarah, Seberapa Luas Penyebaran DBD di Indonesia?

Pelepasan Nyamuk dengan Bakteri Wolbachia Untuk Melawan Penyebaran Demam Berdarah, Seberapa Luas Penyebaran DBD di Indonesia?

Nyamuk aedes aegypti yang menghisap darah manusia sekaligus memasukkan virus Dengue ke dalam tubuh manusia yang menjadi penyebab orang terkena DBD. -Medline Plus-medlineplus.gov

WHO juga mencatat dengue telah dikategorikan sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia. Tercatat 70 persen kasus dengue di dunia terjadi di benua Asia. 

BACA JUGA: Kenali Nyamuk Aedes Aegypti, Pembawa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

WHO Asia Tenggara juga menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu dari 30 negara di dunia yang endemik dengan kasus dengue yang tinggi.

Pada 10 September 2023, Kementerian Kesehatan melaporkan terjadi peningkatan angka kasus dengue di Indonesia. Dari 25.000/100.000 penduduk di tahun 2012 meningkat drastis menjadi 52.000/100.000 penduduk di tahun 2022. 

“Bahkan, di negara kita, kenaikan ini tidak hanya terjadi pada kasus dengue, tapi juga terjadi pada kasus kematian,” imbuh Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

Prof Tjandra mengatakan bahwa di tahun 2018 case fatality rate CFR dengue  Indonesia tercatat sebesar 0,71 persen. Jumlah ini meningkat menjadi 0,86 persen di tahun 2022.

Maka dari itu, WHO meluncurkan kunci utama pencegahan dan pengendalian dengue dengan bergantung pada pengendalian vektor (“vector control”).

BACA JUGA: Teknologi Wolbachia Ampuh Lumpuhkan Virus Demam Berdarah, Tekan Kasus Hingga 77 Persen di Yogyakarta dan Bantul

WHO juga memberitahukan di laman miliknya mengenai cara untuk mengurangi kemungkinan digigit nyamuk. Setiap orang dihimbau berpakaian yang tertutup, penggunaan kelambu ketika hendak tidur siang, penggunaan mosquito repellents (yang mengandung  DEET, Picaridin atau IR3535), dan lain-lain.

Prof Tjandra menyebutkan tidak ada obat yang spesifik untuk membunuh virus dengue (DENV).

Sehingga Prof Tjandra menekankan deteksi awal dan akses layanan kesehatan pada pasien yang terinfeksi dengue menjadi kunci utama untuk menurunkan angka kematian.

“Apalagi kalau diberitakan bahwa Indonesia target bersama mencapai nol kematian akibat dengue di tahun 2030 (“zero dengue death by 2030”). Jadi, pengendalian dengue memang harus bersifat menyeluruh,” tutur Prof. Tjandra.

Mantan Kabalitbangkes Kemenkes ini juga menyebutkan ada 2 jenis vaksin dengue yang sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM dan telah beredar di masyarakat. Vaksin “Dengvaxia” dan vaksin “Qdenga”.

“Kalau kita lihat data WHO Maret 2023, maka jelas disebutkan bahwa sejauh ini satu vaksin (yaitu Dengvaxia) sudah disetujui dan mendapat lisensi di berbagai negara,” pungkas Prof Tjandra. (Wehernius Irfon)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: