Problem Psikososial Tenaga Migran Indonesia di Taiwan
Ilutrasi tenaga migran Indonsia di Taiwan. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Lembaga tersebut juga mengenalkan berbagai budaya masyarakat migran terhadap penduduk lokal melalui semacam festival budaya yang diselenggarakan di taman Taichung. Taman menjadi tempat yang dipilih karena di sana banyak migran berkumpul dan melakukan aktivitas liburan, terutama bila Sabtu dan Minggu.
Kadang kala di taman itu juga diputarkan layar tancap. Di bulan puasa, kadang juga diadakan buka bersama sesama muslim migran yang ada di Kota Taichung dengan diprakarsai lembaga tersebut.
Problem Psikososial
Dari diskusi dengan NGO itu dan riset yang mereka lakukan sebelumnya, didaptlah beberapa permasalahan psikososial terkait dengan pekerja migran asal Indonesia. Permasalahan tersebut, antara lain, adalah pelecehan dan tindak kekerasan, service agency, pindah majikan, masalah nikah siri, hubungan tidak resmi sesama pekerja migran, dan masalah kewarganegaraan anak yang dilahirkan.
BACA JUGA: Meskipun Ditarik dari Taiwan, BPOM RI Tegaskan Indomie Yang Beredar Aman Dikonsumsi
Ketika pekerja migran harus tinggal di rumah majikan, pelecehan dan tindak kekerasan bisa saja terjadi. Posisi majikan yang dipandang lebih memiliki kekuasaan dibandingkan pekerja menjadi penyebab terjadinya kasus-kasus tersebut. Tidak semua pekerja migran mengalami hal itu, terlebih bila majikannya adalah orang yang baik.
Masalah kedua yang muncul terkait dengan service agency dari pekerja migran. Agensi yang mengirim hingga agensi yang mengurusi penempatan pekerja migran sampai bekerja sering kali juga menjadi sumber masalah.
Pembekalan yang dilakukan kurang maksimal, penempatan yang kurang sesuai, agensi yang menelantarkan pekerja migran serta biaya service agency yang masih dibebankan kepada pekerja migran ketika sudah kerja di Taiwan. Selain itu, ketika pekerja migran mengalami kendala, tidak ada bantuan dari agensi untuk mengatasinya.
BACA JUGA: Tiongkok Kembali Kepung Taiwan, Bawa 9 Kapal Perang dan 58 Pesawat Tempur
Pindah majikan bukan persoalan yang mudah bagi pekerja di Taiwan. Pekerja migran harus mencari bukti yang kuat alasan kepindahannya, dan harus mendapatkan izin di depnaker-nya Kota Taiwan. Pindah majikan adalah fenomena yang juga terjadi ketika pekerja migran tidak betah bekerja pada majikan tertentu.
Pindah majikan memiliki dua konsekuensi, pekerja migran mendapatkan majikan yang baik atau mendapatkan majikan yang buruk. Bila pekerja mendapatkan majikan yang baik, asuransi dan jaminan kesehatan diberikan. Sebaliknya, bila mendapatkan majikan yang kurang baik, hak-hak sebagai pekerja migran akan hilang. Selain itu, pekerja migran yang pindah majikan dapat pula menjadi migran ilegal.
Problem sosial psikologis lainnya adalah problem psikologis yang terkait dengan kebutuhan pekerja migran sebagai pribadi dengan sisi kemanusiaannya. Bila kontrak kerja lama, pekerja migran akan meninggalkan keluarga dan apabila sudah menikah, akan meninggalkan anak atau istrinya.
BACA JUGA: Tiongkok Latihan Perang Kepung Taiwan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: