Problem Psikososial Tenaga Migran Indonesia di Taiwan

Problem Psikososial Tenaga Migran Indonesia di Taiwan

Ilutrasi tenaga migran Indonsia di Taiwan. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SENIN, 4 Desember 2023, pukul 11.00, mahasiswa psikologi Unair yang sedang melakukan lawatan ke Asia University untuk student outbound program diajak jalan-jalan terlebih dahulu oleh dosen universitas tersebut. Mereka berkunjung ke salah satu non-government organization (NGO) atau semacam lembaga swadaya masyarakat dengan nama ”1095” di ASEAN Square. 

LSM itu menempati salah satu ruangan di lantai ke-11 gedung ASEAN Square Taichung, Taiwan. Lembaga tersebut dipilih Asian University menjadi tujuan pertama kunjungan karena lembaga itu banyak bergerak dalam bidang advokasi terhadap pekerja migran di Taiwan, khususnya di Kota Taichung. 

BACA JUGA: Kolaborasi Taiwan-Indonesia: Gerakan Aksi Iklim untuk Bumi Hijau

Sebelum diberi penjelasan mengenai informasi tentang lembaga itu dan bagaimana sepak terjangnya dalam menangani pekerja migran, rombongan dari psikologi Unair dan tim LSM berkumpul di area taman ASEAN Square. 

Pihak NGO 1095 yang hadir adalah ketuanya dan seorang penerjemah, yaitu Ny Tia Chen yang asli Grobogan, Jawa Tengah, dan seorang lagi pemandu bernama Pindy Windy yang berasal dari Purwokerto. Tia mendapatkan nama Chen karena menikah dengan orang lokal dengan marga Chen. 

Taman ASEAN Square itu tidak begitu luas. Namun, taman tersebut memberikan kesan historis yang mendalam bagi warga migran dan masyarakat setempat. Selain itu, kawasan tersebut semula daerah kumuh dan sekarang menjadi daerah yang indah dan bersih.

BACA JUGA: Taiwan Siap-Siap! Topan Koinu Mengakibatkan Hujan Lebat dan Angin Kencang  

Kebersihan dan keindahan taman itu didukung dengan aliran Sungai Liu Chuam yang mengalir lancar. Di sungai itu juga terdapat warna-warni ikan koi, ikan patin, dan ikan lain yang berenang kian kemari. 

Setelah perkenalan dan cerita mengenai sejarah ASEAN Square, rombongan dari psikologi Unair dan Asia University diajak berkeliling gang dan jalan di seputar ASEAN Square sekitar sejam. Dalam perjalanan keliling, peserta bertemu toko-toko dengan pemilik orang Indonesia si kawasan itu. 

Ada toko handphone, toko makanan (semacam restoran), toko jamu, toko untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga Taichung, toko kain, toko bahan makanan, dan beberapa gerai yang ada di mal ASEAN Square. Dalam perjalanan keliling itu, kesan saya adalah NGO tersebut sangat familier dengan para pemilik toko atau restoran yang ada di sekitar ASEAN Square. 

BACA JUGA: Kualifikasi Piala Asia U-23: Ngamuk! Timnas Indonesia Cukur Gundul Taiwan dengan Skor 9-0

NGO 1095 merupakan asosiasi budaya migran yang bekerja dalam bidang advokasi terhadap para pekerja migran asing di Taiwan, khususnya Taichung. Pekerja migran yang ditangani adalah pekerja dari Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Lembaga itu dipimpin Annie Kuan. Sebagai organisasi non pemerintah, lembaga itu hidup dan dibiayai para donator baik dari masyarakat lokal maupun sejumlah perkumpulan. 

Program kegiatan lembaga tersebut, antara lain, memberikan informasi penting dari pemerintah kepada para pekerja migran di Taiwan, khususnya Taichung. Dicontohkan, selama pandemi Covid-19, lembaga itu berusaha aktif untuk memberikan informasi tentang vaksinasi dan pencegahan Covid dengan menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa. 

Lembaga itu juga menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin untuk pekerja migran yang belum lancar dan mengalami berbagai kendala budaya di Taiwan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: