Remaja dan Lansia Risiko Tinggi Lakukan Bunuh Diri, Ketahui Cara Cegah Bunuh Diri Sejak Dini

Remaja dan Lansia Risiko Tinggi Lakukan Bunuh Diri, Ketahui Cara Cegah Bunuh Diri Sejak Dini

Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi (RSJMM) DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menjelaskan materi mengenai pencegahan bunuh diri dalam media briefing IDI. --

HARIAN DISWAY- Remaja dan lansia menjadi 2 kelompok yang rentan melakukan perilaku bunuh diri. Hal itu disampaikan langsung oleh Mantan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa DKI Jakarta DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ.

“Berdasarkan dari American Academy of Child and Adolescent Psychiatry mengatakan kelompok remaja yang rentan lakukan bunuh diri yaitu pada usia middle adolescent dengan usia sekitar 14-18 tahun,”  tutur Nova dalam media briefing IDI pada 11 Desember 2023.

“Hal itu dikarenakan pada saat mereka masuk usia remaja, mereka mudah mengambil risiko, mampu melakukan apapun tanpa batasan, masih jauh dari penyakit, dan berpikir masih abstrak,” imbuhnya.

BACA JUGA: Remaja Rentan Mengalami Gangguan Mental, Angka Kematian Meningkat hingga 200 Persen

Di sisi lain, lansia juga termasuk dalam kelompok rentan. Nova menjelaskan lansia adalah kelompok yang paling ketakutan semenjak pandemi. 

“Ketakutan muncul pada kelompok lansia karena kebanyakan lansia hidup sendirian. Ada ketakutan lain yang harus dirasakan mereka ketika mereka jadi kelompok rentan terinfeksi Covid-19. Apalagi bagi mereka yang komorbid,” jelas Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi (RSJMM).

Maka dari itu, Nova menegaskan perlu adanya cara pencegahan sejak dini agar bunuh diri tidak terjadi yaitu melalui upaya preventif. Upaya preventif terdiri atas 3 yaitu upaya primer, sekunder, dan tersier.

“Upaya primer dilakukan dengan skrining dan mendeteksi dini faktor risiko muncul ide bunuh diri pada pikiran remaja,” tutur Nova.

BACA JUGA: Bagaimana Kondisi Kejiwaan Anda Saat Ini? Kenali Ciri-ciri Orang yang Alami Gangguan Mental

“Jauh-jauh sebelum orang berpikir bunuh diri, kita sudah bisa bantu masalah yang sedang dia hadapi. Supaya permasalahan dalam diri mereka tidak berkembang jadi depresi, yang kemudian bisa muncul ide bunuh diri,” imbuhnya.

Sedangkan upaya sekunder adalah mendeteksi individu dan mendapatkan intervensi agar tidak berkembang menjadi percobaan bunuh diri.

Selain itu, setiap individu bisa mendeteksi diri sendiri atau orang sekitar memunculkan ide bunuh diri ketika terjadi perubahan pada 3 P yaitu pikiran, perasaan, dan perilaku dengan melihat dari perubahan kebiasaan atau tidak.

“Mengidentifikasi remaja yang paling berisiko sebelum melakukan perilaku bunuh diri adalah langkah tepat untuk mengurangi angka kasus bunuh diri,” pungkas Nova. (Wehernius Irfon)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: