Dalam Tengger Ethnomedicine Festival, Alit Indonesia Sajikan Nasi Gerit

 Dalam Tengger Ethnomedicine Festival, Alit Indonesia Sajikan Nasi Gerit

Alit Indonesia sajikan nasi gerit dalam Tengger Ethnomedicine Festival. Suasana ketika menyajikan nasi gerit, yang digelar Alit Indonesia di halaman samping Museum Etnografi, 14 Desember 2023.-Nadia Aliya-

BACA JUGA:Ini Perbedaan Antara Hindu Tengger dan Hindu Bali

Sedangkan kelompok dua, membuat sajian seperti bento khas Jepang. Nasi ditata menyerupai kepala mickey mouse, ditambah dua mata dari potongan wortel. Di bagian bawahnya, sayur dan ikan asin yang ditata di kanan-kiri.

"Nasi gerit kan makanan bergizi. Jadi untuk menarik minat anak-anak, ditata seperti bento ini. Biar mereka suka dan makan lahap," terang Azzahra. 


Alit Indonesia sajikan nasi gerit dalam Tengger Ethnomedicine Festival. Kelompok dua yang menyajikan nasi gerit dengan bentuk bento khas Jepang.-Nadia Aliya-

Puji pun menjadi juri yang memilih makanan dengan bentuk penyajian yang baik. Dia pun bergaya seperti juri kompetisi memasak. "Waktu kalian kurang 15 menit," ujarnya, lalu tertawa. Para peserta pun menanggapinya dengan candaan, dan saling menyanjung sajian masing-masing.

Saat proses penjurian, Puji menyebut bahwa jika dilihat dari sisi kreativitas, pemenangnya adalah kelompok dua. Tapi, dari komposisi, dia lebih memilih kelompok satu. "Jadi, juara 1-nya adalah kelompok satu," ungkapnya.


Alit Indonesia sajikan nasi gerit dalam Tengger Ethnomedicine Festival. Kelompok 1 menyajikan nasi gerit dengan komposisi yang menarik.-Nadia Aliya-

BACA JUGA: Nendang Pol! Berkenalan dengan Cabai Terong, Cabai Asli Tengger yang Pedasnya Bukan Main

Mereka pun mencicipi sajian nasi gerit itu. Campuran dengan kuah blendus, menciptakan rasa gurih, asin, dan sedap. Sambalnya dibuat dari lombok Tengger, tanaman endemik Bromo yang pedasnya melebihi lombok biasa.

Maka, para pencicip merasa bahwa masakan itu superpedas. "Sengatan pedasnya halus di awal tapi kemudian nendang di ending-nya. Betul, kan?," kata Puji. Mereka mengangguk, sambil menyecap bibir berkali-kali karena kepedasan. 

Acara tersebut adalah penutup Tengger Ethnomedical Festival, pada 14 Desember. Ajang untuk menambah wawasan tentang kearifan lokal Suku Tengger. Suku yang berdiam di lereng Bromo, di empat kota: Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: