Kiprah Aisyiyah dalam Memajukan Pendidikan adalah Bukti Nyata Gerakan Perempuan

Kiprah Aisyiyah dalam Memajukan Pendidikan adalah Bukti Nyata Gerakan Perempuan

Potret perempuan Aisyiyah yang diharapkan terinspirasi oleh istri nabi Muhammad yaitu Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah bermakna pengikut ‘Aisyah. Harapannya, profil Aisyah juga menjadi--

KEMAJUAN pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan kaum perempuan. Salah satu organisasi perempuan yang fokus memajukan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan modern adalah Aisyiyah.

Secara alamiah perempuan adalah pribadi yang sejak awal telah terlibat dalam mendidik putra-putri bangsa, yaitu sejak janin mulai tumbuh di dalam rahim sampai mereka lulus dari lembaga pendidikan formal dalam berbagai jenjang. 

Karena itu, kemajuan pendidikan di Indonesia dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari peran para perempuan. Terutama para ibu. 

Kesadaran untuk membangun generasi muda yang setara, tangguh, mandiri, berdaya juang keras, dan memiliki kesadaran akademis telah menjadi salah satu tema yang diperjuangkan dalam pergerakan perempuan.

Kartini serta Dewi Sartika adalah tokoh perempuan yang memiliki kepedulian tinggi mengenai hal tersebut. Upaya mendorong kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki menjadi tema yang intensif didiskusikan oleh Kartini dengan mitranya di negeri Belanda dalam surat-surat yang saling mereka kirimkan.

BACA JUGA: ”Darah Segar” Para Punggawa Majelis Kesejateraan Sosial Pacu Akselerasi ’Aisyiyah

Kartini memang tidak berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang ia angankan karena keburu meninggal dunia dalam usia muda. Namun, ide-ide mengenai emansipasi telah menjadi inspirasi yang terus digemakan dan dipraktikkan oleh perempuan Indonesia hingga kini.

Berbeda dengan Kartini, Dewi Sartika sejak awal terjun di dunia pendidikan untuk kemajuan perempuan. Ia secara praksis mendirikan Sekolah Istri bertempat di Pendapa Kabupaten Bandung. Dengan sekolah itu, ia mengajarkan para perempuan membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama, serta keterampilan dasar.

Pendidikan menjadi salah satu tema yang mengemukan dalam setiap fase sejarah pergerakan perempuan Indonesia. Mereka sadar bahwa hanya melalui pendidikanlah kemajuan bangsa bisa diraih. 

Perbaikan sumber daya manusia menjadi fondasi paling utama untuk menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Gagasan kesetaraan dan kemajuan pendidikan bahkan telah menjadi modal paling elementer untuk kemerdekaan Indonesia pada fase sejarah pergerakan nasional.

Gerakan perempuan Indonesia menjadi semakin kuat ketika mereka bergabung dalam berbagai organisasi. Melalui organisasi tersebut gagasan mengenai pengembangan sumber daya manusia Indonesia tidak lagi dijalankan secara personal, melainkan menjadi tanggung jawab organisasi. 

Salah satu organisasi perempuan yang fokus memajukan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan modern adalah Aisyiyah. Didirikan pada 19 Mei 1917. 

Lima tahun setelah Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan dan istri beliau Nyai Walidah, berinisiatif mendirikan sayap organisasi yang fokus pendorong pemberdayaan perempuan. 

KH Ahmad Dahlan sadar betul bahwa perempuan merupakan kunci kemajuan bangsa. Darena merekalah yang pertama kali merawat anak-anak yang baru lahir. Pendidikan perempuan yang baik akan menjadi bekal pertama bagi generasi baru yang kelak akan meneruskan estafet perjuangan bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: