Sumur dan Matahari (1): Malam Terakhir di Rutan Cipinang

Sumur dan Matahari (1): Malam Terakhir di Rutan Cipinang

Ezrina Azis dijemput istri tercinta, Yulin Safitri saat keluar dari Rutan Cipinang. -Dokumen Pribadi-

Malam itu adalah malam terakhir saya di rutan Cipinang. Hari itu hakim memutus bebas kami berdua karena tidak terbukti melakukan tindak pidana. Hakim menilai tidak ada satupun unsur yang menjadi persyaratan terjadinya tindak pidana. Padahal cukup satu saja dari unsur tersebut tidak terbukti, gugurlah dakwaan pidana tersebut. Kami dinyatakan bebas secara murni. Keputusan hakim adalah bulat tanpa dissenting opinion.

Tentu saja, saya merasa bersyukur dan berbahagia atas keputusan tersebut. Namun jujur, saya juga sedih karena harus berpisah dengan teman-teman baik saya di Rutan Cipinang yang sudah menjadi seperti saudara. Hati kecil saya ingin menemani mereka melewati hari-hari yang sulit. 

Itu karena saya meyakini sebagian besar dari mereka bukanlah koruptor yang jahat. Mereka hanya korban sistem hukum yang tidak adil karena masih bisa diintervensi kekuasaan, koneksi, dan uang. 

Buku ini juga saya dedikasikan kepada mereka yang terzalimi karena sistem yang belum berkeadilan ini.

Korupsi adalah kejahatan berat karena telah menyebabkan kebangkrutan negara dan kesengsaraan rakyat. Namun keinginan yang kuat untuk memberantas korupsi telah menyebabkan orang (baik penegak hukum maupun bukan) merasa berhak untuk melakukan apa saja hingga cenderung berbuat sewenang-wenang. 


Ezrina Azis memberikan keterangan pers terkait kasus yang dialaminya.-Dokumen Pribadi-

Orang antusias mencaci maki orang yang dituduh korupsi tanpa paham duduk perkara. Media juga sering dijadikan alat untuk membunuh karakter dan melegitimasi penegak hukum untuk bertindak melewati batas. Tidak pernah ada yang memikirkan nasib seseorang yang tidak berdosa namun dizalimi atau dijadikan kambing hitam untuk menutupi kesalahan pihak lain. 

Menurut saya, seseorang yang melakukan upaya melindungi diri atau menutupi kesalahannya dengan mengkambinghitamkan orang lain dengan rekayasa dan tuduhan korupsi, jauh lebih jahat dari korupsi itu sendiri. Apabila bila hal itu tidak benar.

Buku ini menceritakan pengalaman pribadi saya yang secara tidak disangka-sangka menjadi terdakwa korupsi. Banyak yang bertanya mengapa hal yang dianggap aib ini justru saya buka ke publik.

Prinsip saya, sebuah realita dan kebenaran itu tidak perlu ditutupi. 

Ada beberapa hal yang menjadi misi buku ini. Pertama, tentu adalah sebagai sarana klarifikasi atau tabayun terhadap apa yang sesungguhnya terjadi. Secara mendadak, saya dituding menyebabkan kerugian di Dana Pensiun (dapen) Pupuk Kaltim (PKT) yang menyebabkan turunnya cadangan pensiun karyawan. Jumlah penurunan itu cukup signifikan. 

Sosialisasi yang dilakukan pengurus periode setelah kepengurusan saya membuat saya menjadi bulan-bulanan hujatan keji dari karyawan yang terkena dampak. Saya merasa menjadi sansak tinju yang terus menerus dipukuli banyak orang. 

Padahal, setelah saya pelajari dengan seksama, penurunan manfaat pensiun itu tidak perlu terjadi apabila pengurus pengganti saya melakukan langkah yang benar. 

Pada saat awal menjabat sebagai Dirut Dapen (2013), tekanan karena turunnya harga saham itu bahkan jauh lebih berat. Namun saya dan teman-teman berhasil melewatinya dan kondisi keuangan Dapen. Tetap terjaga baik tanpa harus meminta tambahan dana dari pendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: