Sumur dan Matahari (5): Masih Banyak Orang Baik di Sekitar Saya
Penulis (dua dari kiri) bersama sahabat yang menjadi saksi meringankan dalam persidangan.-Dokumen Pribadi-
MOMEN-MOMEN saat saya menggenakan rompi tahanan dan rupanya terlihat oleh adik dan kakak saya melalui siaran televisi. Mereka terkesiap dan menangis penuh kepiluan. Demikian juga Ibu mertua saya. Juga saudara-saudara ipar saya di Pagar Alam. Semua menangis. Semua berdoa.
Bantuan yang paling lengkap saya dapatkan dari Om Datuk (Prof. Dr. Maizar Rahman) yang terus memberi support moral, tenaga, pikiran, materi, dan juga waktu. Saya salut padanya, karena kami selalu diperhatikannya. Bahkan sejak beliau masih kuliah di Jogja dan kami masih kanak-kanak. Semoga Allah membalas segala kebaikannya. Amin YRA.
Beberapa waktu sebelum saya ditetapkan tersangka, Eko Sumardiyoko, aktivis karyawan yang mempelopori Whatsapp grup untuk membedah kasus Dapen mengajak bertemu dengan saya. Intinya ia hendak mengatakan bahwa setelah melakukan penelusuran atas track record saya antara lain dengan sounding ke unit kerja Litbang di mana saya banyak berkiprah, dia menyimpulkan bahwa kecurigaannya selama ini terhadap saya tidak berdasar.
Untuk itu, dia minta maaf dengan tulus agar terlepas dari dosa fitnah dan syak wasangka. Dia menyarankan pada saya untuk membuat tulisan guna menetralisir kecurigaan teman-teman. Terutama penjelasan terkait sumber dana atas pemilikan aset aset yang saya miliki. Supaya mereka juga terhindar dari dosa katanya. Saya pun mengikuti usulan yang baik itu.
BACA JUGA:Sumur dan Matahari (1): Malam Terakhir di Rutan Cipinang
BACA JUGA:Sumur dan Matahari (3): Panggilan Kejaksaan Berasa Dihempas Badai
Sepupu saya Edriyani (ayang) termasuk yang paling concern dan saya jadikan kawan diskusi tentang banyak hal. Seolah-olah saya tidak punya masalah. Ayang membuatkan blog untuk mengupload tulisan tulisan saya selama di rutan yaitu : ezrinalazis.blogspot.com.
Ini menjadi motivasi saya, paling tidak, saya masih bisa berkarya. Mengikuti jejak Buya Hamka yang merampungkan Tafsir Al Azhar yang phenomenal itu selama 2,5 tahun. Saat mendekam di penjara. Saya juga ingin seperti Buya Hamka yang tidak dendam pada orang yang telah memenjarakannya tanpa alasan yang jelas yaitu Bung Karno.
Sosok lain yang banyak membantu saya lahir dan batin adalah Jaka Kirwanto yang mengungkap simpatinya atas kejadian yang menimpa saya melalui facebook. Juga Budiono yang banyak menetralisir opini di WAG serta memberi saran yang berharga.
Trisna yang siap menjadi penghubung dengan pihak pihak terkait seperti Dapen, PKT dan karyawan . Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan teman teman berlipat ganda. Amin YRA.
Dukungan moril yang lebih nyata saya dapatkan dari Pak Sempu (mantan Pengawas Dapen PKT), Pak Taufik Hasbullah (mantan Dirut Dapen PKT), Pak Suyat (ADPI), dan Teguh Suharjono (PKTV) yang bersedia menjadi saksi yang meringankan.
Kesediaan mereka benar benar didasari niat yang tulus dan yakin pada integritas kami. Kesaksian Pak Suyat sebagai Saksi ahli dari ADPI yang sangat faham tentang aturan di Dana Pensiun sangat membantu kami dan dijadikan rujukan oleh Hakim dalam memutuskan perkara ini.
Saat masih di rutan Kejagung, sobat saya, Broto menulis puisi yang tulus dan kaya makna. Puisi ini memberi kekuatan sekaligus mengharu-birukan perasaan siapapun yang membacanya. Sebuah puisi lirih dari sahabat sejati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: