KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023: Mengatasi Dampak Perubahan Iklim sebagai Tanggung Jawab Bersama

KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023: Mengatasi Dampak Perubahan Iklim sebagai Tanggung Jawab Bersama

Ilustrasi KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023 di Dubai, UEA.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

 

Peran Bank Sentral

Peran bank sentral secara konseptual dibahas Dikau, Volz, Ulrich, (2018) melalui papernya yang berjudul Central Banking, Climate Change, and Green Finance. Mereka menyatakan bahwa bank sentral, melalui fungsi pengawasan mereka terhadap peredaran uang, kredit, dan sistem keuangan, memiliki posisi krusial untuk mendukung pengembangan model keuangan hijau (green finance) dan menegakkan penetapan harga risiko lingkungan dan karbon yang memadai oleh lembaga keuangan. 

Dalam konteks yang demikian, BI memiliki komitmen tinggi dalam membangun ekosistem instrumen keuangan yang berkelanjutan. Saat ini BI sedang bergerak menuju bank sentral hijau (green central banking). Artinya, dalam setiap kebijakannya, BI memperhitungkan risiko lingkungan, termasuk risiko dari perubahan iklim. Risiko berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas keuangan dan ekonomi makro baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang direspons BI melalui perumusan bauran kebijakan. 

Keterlibatan BI mendorong transisi menuju ekonomi hijau patut diperhatikan dengan berbagai skema atau inisiatif yang telah dikembangkan. Berbagai inisiatif yang dirumuskan BI melibatkan atau bekerja sama dengan mitra dan otoritas terkait baik di dalam maupun di luar negeri.

BI juga sangat aktif dalam berbagai forum dan mengajukan gagasan serta inisiatif ekonomi hijau. Inisiatif melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Terakhir, BI mengajukan konsep ekonomi hijau dalam forum terkait dengan rangkaian di dalam kegiatan Presidensi G20 tahun 2022.

Bank sentral di awal 2022 telah mendeklarasikan BI Green Financial and Institutional Framework yang mencakup dua pilar. Pilar pertama adalah aspek hijau dalam bauran kebijakan dan pilar kedua merupakan dukungan terhadap kelembagaan hijau.

Kedua pilar itu bertujuan mendukung sistem keuangan yang stabil, inklusif, berkelanjutan, resiliensi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara efektif, termasuk melalui inisiatif kebijakan. Inisiatif kebijakan BI, antara lain, dalam bentuk green loan to value yang digunakan untuk pembiayaan properti dan kendaraan yang ramah terhadap lingkungan. 

Selain itu, BI telah menetapkan kebijakan ekonomi-keuangan yang bersifat inklusif dan hijau sebagai satu dari lima bauran kebijakan utama. Empat bauran kebijakan lainnya mencakup kebijakan tentang moneter, makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, dan pendalaman pasar uang.

Secara konsisten BI melanjutkan penguatan kebijakan ekonomi dan keuangan hijau yang bertujuan memitigasi berbagai risiko atas terganggunya stabilitas sistem keuangan. Sebab itu, BI terlibat aktif mendorong transisi ke ekonomi hijau di Indonesia. Berbagai inisiatif bank sentral telah diadakan bekerja sama dengan otoritas terkait baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam satu dekade terakhir ini, BI aktif pula pada berbagai green initiatives. Inisiatif dilakukan secara kolaboratif dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perbankan nasional serta stakeholder dari mancanegara, melalui berbagai forum –baik tingkat nasional maupun internasional.

Sebagai pemegang mandat Presidensi G20 pada tahun 2022, pemerintah juga telah memberikan kesempatan luas dengan melibatkan peran berbagai pihak. Dalam rangkaian kegiatan Presidensi G20, terdapat agenda utama yang berfokus pada tiga hal, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.

Pemerintah terus berkomitmen dan menegaskan bahwa transisi perekonomian nasional menuju ekonomi hijau secara berkelanjutan merupakan tanggung jawab bagi semua pihak. 

Dengan bekal literasi memadai tentang ekonomi hijau, seluruh elemen dalam masyarakat dapat lebih mudah terlibat dengan peran spesifik dalam setiap inisiatif. Semua keterlibatan itu bertujuan membangun masa depan kehidupan manusia lebih baik serta terlepas dari berbagai ancaman, termasuk dari perubahan iklim yang destruktif.

Keterlibatan semua unsur dalam masyarakat tersebut tentu selaras dengan pandangan pebisnis masyhur dari AS, yakni Elon Musk, yang telah dikutip di bagian awal tulisan ini. Sebagai manusia, kita semua ikut bertanggung jawab untuk bersama-sama mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan lingkungan sebagai habitat manusia. Penyelesaian terhadap berbagai masalah akibat perubahan iklim merupakan tanggung jawab bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: