KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023: Mengatasi Dampak Perubahan Iklim sebagai Tanggung Jawab Bersama
Ilustrasi KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023 di Dubai, UEA.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Sementara itu, pertumbuhan hijau (green growth) berkontribusi dalam memperkuat akuntabilitas penggunaan modal alam, mencegah dan mengurangi polusi, menciptakan peluang peningkatan kesejahteraan sosial secara keseluruhan, serta membuka peluang bagi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Membangun literasi ekonomi hijau tak lepas dari pertumbuhan hijau dan pembangunan berkelanjutan yang membedakannya dengan karakter ekonomi tradisional. Dibandingkan dengan gagasan tradisional, ekonomi hijau memosisikan alam sebagai modal dan aset bernilai ekonomi. Utilisasi alam dan lingkungan oleh dunia usaha dipertanggungjawabkan dengan menggunakan audit biaya guna memastikan semua aktivitas yang dilakukan tak membahayakan lingkungan.
Prinsip pembangunan tradisional sekadar berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan eksploitasi alam besar-besaran yang berdampak pada kerusakan alam. Sebaliknya, prinsip ekonomi hijau tak sekadar berorientasi sekadar pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan.
Pertumbuhan ekonomi hijau bersifat inklusif secara sosial. Karena itu, praktik ekonomi hijau memperhatikan pelestarian alam dan terukur dalam penggunaan sumber daya alam.
Agen Perubahan Lintas Generasi
Dengan bekal literasi memadai, generasi muda dan masyarakat lintas generasi diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang dinamis. Karena itu, inklusivitas ekonomi hijau dapat dimaknai sebagai gerakan terbuka bagi masyarakat secara bersama-sama agar dapat terlibat lebih aktif dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan pembangunan.
Selain itu, masyarakat lintas generasi pun mampu terlibat dalam upaya penurunan tingkat kemiskinan lebih intensif. Semua lapisan masyarakat didorong untuk secara dinamis terlibat dalam berbagai kegiatan sesuai kerangka pengembangan dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Sebagai agen perubahan, masyarakat lintas generasi tak hanya terlibat bagi pelestarian lingkungan, tetapi juga mendukung keberhasilan dalam upaya mengatasi masalah perubahan iklim. Masyarakat diharapkan mempromosikan ekonomi hijau sebagai lifestyle. Ekonomi hijau merupakan kultur baru dalam kehidupan sosial.
Sebagai budaya, gagasan ekonomi hijau dan pertumbuhan ekonomi hijau merupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai kebiasaan (habit) masyarakat. Pendekatan ekonomi hijau terintegrasi dengan faktor sosial dan lingkungan dalam proses ekonomi secara komprehensif.
Pengembangan literasi ekonomi hijau pun tak dapat mengabaikan peran penting keluarga sebagai lembaga edukasi primer. Peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan anak-anak dan generasi muda tentang makna penting pelestarian alam dan lingkungan.
Pemerintah harus memosisikan keluarga sebagai lembaga yang mengajarkan anak-anak tentang kegiatan sederhana, tetapi penting bagi lingkungan. Generasi muda belajar tentang daur ulang sampah, cara membuat kompos, atau mengajarkan pengalaman lain yang lebih ramah terhadap lingkungannya.
Generasi masa depan terus dididik dan didorong memiliki passion terhadap pelestarian lingkungan oleh orang tuanya. Dengan pengalaman yang impresif, anak-anak memiliki memori positif hingga mencapai usia dewasa akan terbiasa dengan kegiatan ramah lingkungan.
Pemerintah tentu tak dapat bekerja sendiri. Dengan konfigurasi pentahelix, pemerintah dapat melibatkan seraya mendorong peran aktif sektor swasta, perguruan tinggi, masyarakat, dan pihak lain guna secara aktif mendukung peningkatan literasi ekonomi hijau.
Dalam upaya mendorong peran serta aktif berbagai kalangan dan bertujuan mengakselerasi pembangunan ekonomi hijau, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral nasional juga tak ketinggalan kereta. BI sangat aktif memberikan kontribusi positif dalam mempromosikan ekonomi hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: