Sumur dan Matahari (3): Panggilan Kejaksaan Berasa Dihempas Badai
Penulis mendapat kunjungan keluarga di Rutan Kejagung.-Dokumen Pribadi-
Kuingat senyumnya
Dan sorot matanya yang bersinar
Menyiratkan … Papa pasti kuat
Perasaan hampa itu berangsur hilang. Tapi saya mengingatnya sebagai sesuatu yang mengerikan. Mungkin Allah hendak mengajarkan dan menyadarkan bahwa hanya Dialah satu-satunya tempat kita bergantung.
Hari hari berikutnya berjalan normal. Di luar kegiatan BAP, kami mengisi hari dengan olah raga dan nonton TV. Sebagian teman mengisi dengan main gaple. Saya memilih membaca dan menulis. Istri memberi tugas khusus sebagai ganti tidak bisa membantu kegiatan di rumah. Yaitu memberi nasehat pada anak tertua, Edra yang kuliah dan tinggal di apartemen sederhana di kawasan Jakarta Barat, dekat kampusnya di Binus Kemanggisan.
Tugas itu saya jabarkan dalam bentuk surat berisi nasehat agamis. Saya usahakan menulis sesering mungkin. Paling tidak tiga kali seminggu. Kalau sudah terkumpul cukup banyak, bisa dijadikan buku agar bermanfaat juga untuk orang lain. Amin.
Kami mendapat penghuni istimewa yang datang berturut turut yaitu : Karen Agustiawan (mantan Dirut Pertamina), Chuck Suryo Sumpeno (Mantan Kajati), dan Bapak Edward Soeryadjaya (Dirut Ortus Holding Ltd). Kehadiran ketiganya menambah dinamika kehidupan di Rutan Kejagung. Paling tidak menu makanan jadi lebih beragam karena suka ditraktir mereka.
Hari demi hari berjalan, istri merasa kengerian yang dikhawatirkannya selama ini tidak terjadi. Gunjingan tetangga, dijauhi keluarga dan kerabat, terbengkalainya anak anak, masalah keuangan, dll ternyata tidak terjadi. Justru sebaliknya.
Kondisi hati justru lebih tenang dari sebelumnya. Allah memberi safaat dan tabir sehingga yang datang dan mengetahui masalah kami hanyalah mereka yang bersimpati dan memberi support. Meski harus menjual mobil untuk bayar pengacara dan saksi ahli, itu tidak memberatkan. Rezeki datang kembali.
Pesenan pempek justru meningkat sehingga tak tertangani lagi. Rezeki dari usaha yang kami rintis dan kami percayakan pada keponakan saya di Bontang juga lancar. Bahkan meningkat. Anak anak tetap gembira, sehat, dan mudah diatur. Keimanan dan ketaqwaan kami rasakan meningkat jauh. Walhamdulillahi wa syukurillahi Allahuakbar.
Ketika mengunjungi saya di rutan, istri bercerita bagaimana dia naik motor berhujan hujan untuk mendapat ikan segar dan gula aren. Tapi itu dijalaninya dengan penuh semangat. Tak ada gerutu tak ada sesal “semua ini demi papa” ujarnya.
Bahkan sakit dan lelahpun menjauh. Saya makin yakin Tuhan melimpahkan rahmatNya. Dimudahkan rezeki, dijauhkan penyakit, diringankan beban, dihadirkan perasaan tenang… ArRahman nir Rahiiim.
Sebelumnya, saya pernah memberi nasehat kepada anak tertua saya, Edra. Ketika kita mendapat masalah, jangan fokus pada masalah itu dan merasa kita diperlakukan tidak adil. Tetapi fokuslah pada bagaimana kita menghadapinya.
Beban seberat lima kilogram mungkin tak bisa terangkat oleh anak umur lima tahun. Tapi bagi orang dewasa, beban seberat itu adalah ringan saja. Dengan iman dan taqwa seberat apapun masalah itu akan bisa kita hadapi. Ternyata nasehat itu harus saya buktikan dulu lewat kejadian dramatis ini. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: