Demokrasi Prosedural dan Substantif

Demokrasi Prosedural  dan Substantif

Ilustrasi kehidupan demokrasi. Ada dua tipe: demokrasi prosedural dan demokrasi substantif.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Siapa yang akan memenangkan perdebatan itu dalam Pilpres 2024 mendatang? Saya tak berani meramalkannya. Tapi, sebagai orang yang positivistik, saya masih percaya demokrasi Indonesia akan makin matang ke depan. Tentu dengan berbagai tantangan yang terkadang mencemaskan.

Lantas, siapa yang harus bertanggung jawab untuk mengawal kematangan demokrasi Indonesia? Yang pertama tentu partai-partai politik. Namun, ternyata, belum semua parpol memiliki sistem yang matang untuk melahirkan para pemimpin politik yang andal.

Kedua, kelompok-kelompok kepentingan yang punya sejarah dalam menjaga keberlangsungan NKRI. Di dalamnya termasuk kelompok-kelompok agama. Apalagi, kelompok agama telah memiliki organisasi yang mapan di Indonesia.

BACA JUGA: Relawan Prabowo-Gibran Sambut Pesta Demokrasi Dengan Riang Gembira 

Saya bisa memahami bahwa presiden yang telah berhasil membawa lompatan kemajuan di negeri ini berkepentingan terhadap proses politik yang akan menentukan penerusnya. Apalagi, kalau untuk itu juga ikut mematangkan demokrasi yang sedang berjalan di negeri kita.

Karena itu, banyak yang berharap bahwa Presiden Jokowi tak hanya mendorong demokrasi prosedural. Tetapi, juga mendorong proses pematangan demokrasi yang substantif. 

Yakni, demokrasi yang makin memperkokoh peran parpol dalam menjalankan fungsi pendidikan politik, rekrutmen kepemimpinan, dan agregator kepentingan rakyat. 

BACA JUGA: Airlangga Pribadi: Ada 4 Indikasi Penggerusan Demokrasi

Pilpres 2024 akan menjadi indikator perjalanan demokrasi di Indonesia. Mari kita amati dan jalani dengan penuh saksama. Saya setuju dengan tema diskusi: Menjadi Pemilih yang Berpikir Jernih dan Berhati Bersih. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: