Kenakalan Remaja di Surabaya, Psikolog: Ada Target Psikologis yang Dicari

Kenakalan Remaja di Surabaya, Psikolog: Ada Target Psikologis yang Dicari

Psikolog Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Karolin Rista Rumandjo ditemui di Kampus Untag, Jumat 12 Januari 2024. -Wulan Yanuarwati-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Fenomena kenakalan remaja di Kota Surabaya tak pernah surut. Kurang dari seminggu, Satpol PP Kota Surabaya berhasil menangkap 10 anak di bawah umur yang sedang melakukan aktivitas ngelem pada Senin 8 Januari 2024. 

Mereka terdiri dari 8 anak laki-laki dan 2 perempuan. Satu perempuan di antaranya ternyata sedang hamil tapi belum menikah.

Kemudian, pada Kamis 11 Januari 2024, sebanyak 21 remaja berseragam Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang pesta miras. Atas laporan warga, Satpol PP Kota Surabaya segera menangkap mereka di lokasi pesta miras. Tepatnya di bawah Jembatan Gubeng.

"Semua perlakuan yang mereka lakukan pasti ada target psikoligis yang mereka cari. Bisa harga diri, pengakuan, dukungan," tegas Psikolog Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Karolin Rista Rumandjo pada Jumat 12 Januari 2024.

BACA JUGA:Kendalikan Harga Sembako, Pemkot Surabaya Dirikan Warung TPID di Lima Pasar

BACA JUGA:Pemkot Surabaya Godok Tarif Angkutan Umum Listrik 

"Waktu saya baik-baik, orangtua tak mendukung, waktu saya nakal orangtua perhatiin, mending saya nakal. Jadi apa target yang dia cari harus ditemukan. Mengapa dia begitu bertindak demikian," lanjutnya.

Perempuan yang akrab disapa Olin ini mengatakan, fase remaja memang tahapan yang sangat rumit. Remaja tidak bisa disebut dewasa namun juga tak bisa disebut anak-anak. 

"Tetapi mereka punya kemauan diakui sebagai orang yang bisa memberikan keputusan dengan benar," imbuhnya. 

Olin menyebut, tahapan remaja ada kondisi di mana mereka tidak peduli terhadap orangtua maupun guru. Bagi mereka, sosok yang lebih penting adalah teman di lingkungan mereka.

BACA JUGA:Tekan Inflasi, Pemkot Surabaya Gelontorkan 10 Ton Beras lewat Pasar Murah

BACA JUGA:Pemkot Surabaya Gandeng Stikosa AWS Penguatan Kualitas Komunikasi Publik

"Sehingga lebih mudah menerima masukan teman daripada nasehat orangtua atau guru. Memang tahapan begitu," ujarnya. 

Hal ini lah yang perlu diantisipasi. Menata sebelum remaja. Bagaimana pencegahan harus diupayakan dan menjadi pondasi bagi mereka. Orangtua memosisikan diri sebagai teman yang bisa menjadi rujukan saat mereka ingin berkeluh kesah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: