The Other Side of Umrah (1): Bersikap Ikhlas Ternyata Tidak Mudah

The Other Side of Umrah (1): Bersikap Ikhlas Ternyata Tidak Mudah

Ilustrasi umrah. Prof Bagong Suyanto dan istri, Prof Rahma Sugihartati, bersama rombongan Unair berangkat umrah ke Tanah Suci.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

 

Matanya Berbinar

Dalam perjalanan selama 11 jam dari Surabaya ke Madinah, suasananya agak berbeda dari perjalanan yang selama ini saya rasakan ketika berwisata atau melakukan perjalanan kedinasan ke luar kota atau ke luar negeri. 

Dari Surabaya, sekitar 396 jamaah umrah yang berangkat menyewa pesawat khusus. Bukan hanya rombongan dari Universitas Airlangga, rombongan jamaah umrah juga berasal dari berbagai biro travel. Saya bisa membedakan siapa saja anggota rombongan kami dan siapa rombongan lain dengan melihat baju dan tas yang dibawa.

Saya melihat, ada sebagian rombongan yang tengah tertidur selepas pesawat take off. Sebagian jamaah pasti lelah karena kami tiba di bandara pukul 03.30 WIB. Bisa dibayangkan, jam berapa kami bangun dan berangkat dari rumah. 

Saya sendiri bersama istri berangkat dari rumah pukul 02.30 WIB. Pesawat kami sempat delayed dan baru berangkat pukul 08.30 WIB. Jadi, ada waktu yang cukup lama menunggu keberangkatan. Badan yang mulai tua ini kelihatannya tidak bisa terlalu diforsir.

Yang menarik perhatian saya: sebagian jamaah lain sedang mengaji dan melantunkan doa-doa. Suasana di dalam pesawat terkesan khusyuk dan meneduhkan. Perasaan saya terenyuh menyaksikan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah lansia tampak bersemangat menjalani ibadah umrah. 

Di bangkunya masing-masing, ibu-ibu dan bapak-bapak yang tampak sepuh itu khusyuk mengaji, membaca Al-Qur’an dan berdoa. Wajahnya tampak letih, tetapi matanya tampak berbinar. Kelihatan bahwa mereka benar-benar berbahagia menjalani ibadah umrah.

Jamaah di pesawat kami berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Sampang, Madura, ada yang dari Pasuruan, Jombang, Sidoarjo, dan berbagai daerah lain di Provinsi Jawa Timur. Saya melihat ada jamaah yang sudah sepuh. 

Untuk ke kamar mandi pun, mereka diantar sanak-keluarganya. Tubuhnya kelihatan ringkih. Namun, yang luar biasa adalah semangatnya. Saya diam-diam kagum dan belajar melihat antusiasme dan semangat jamaah yang sudah sepuh itu.

Menjalani ibadah umrah selama 12 hari, pasti masih banyak pengalaman dan tantangan yang bakal saya alami. Saya bertekad untuk terus menata hati dan mempersiapkan diri menyelesaikan ibadah umrah hingga tuntas. (*)


Prof Bagong Suyanto dan Prof Rahma Sugihartati berangkat umrah bersama rombongan dari Unair.-Dok Pribadi-

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: