Sukuk: Ramai di Pusat, Sepi di Daerah

Sukuk: Ramai di Pusat, Sepi di Daerah

ilustrasi sukuk-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TAHUN POLITIK tak menyurutkan pemerintah untuk terus berutang. Bukan bilateral atau multilateral, melainkan langsung ke masyarakat atau investor. Dengan menerbitkan surat berharga negara (SBN), konvensional maupun syariah. 

Tahun ini pemerintah menargetkan utang lewat SBN hingga Rp 666,44 triliun untuk menutup defisit anggaran.

Rencananya ada delapan seri SBN diluncurkan tahun ini. Sebanyak Rp 160 triliun di antaranya berupa SBN ritel. Lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. 

Surat berharga syariah negara (SBSN) adalah salah satu produk utang pemerintah yang gencar diterbitkan. Tahun ini pemerintah akan menerbitkan savings bond retail (SBR), sukuk tabungan (ST), sukuk ritel (SR), dan cash waqf link sukuk (CWLS) ritel.

Tren penurunan tingkat bunga The Federal Reserve AS memberi peluang lebih besar dalam penerbitan sukuk. 

Sukuk memang menjadi salah satu andalan Kementerian Keuangan dalam memperoleh pinjaman. Itu tak lain karena pasar sukuk sangat bergairah. Termasuk di pasar global  sehingga pemerintah juga menerbitkan sukuk global. 

Total penerbitan sukuk negara total issuance sejak 2008 sebesar IDR 2,125.45 triliun. Penerbitan sukuk global juga sangat tinggi.

Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki persentase terbesar dalam penerbitan sukuk di dunia. Mencapai 22,94 persen (USD 23,65 miliar) dari total penerbitan sukuk internasional. Disusul Arab Saudi sebesar 17,46 persen, Dubai 7,97 persen, Turki 8,49 persen, dan Malaysia 8,05 persen.

Inovasi sukuk negara dimulai pada tahun 2013 dengan project based sukuk. SBSN yang diterbitkan untuk secara langsung membiayai kegiatan/proyek tertentu yang telah dialokasikan dalam APBN (earmarked). Tahun 2018 pemerintah meluncurkan inovasi dengan aplikasi E-SBN. 

Penjualan SBSN ritel melalui platform online dibantu mitra distribusi (bank, perusahaan efek, fintech), dan penerbitan green sukuk. Sukuk dengan underlying berupa kegiatan pelestarian lingkungan hidup, perwujudan komitmen Indonesia dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Pengembangan sukuk ritel sebagai sukuk negara tabungan atau investasi dengan penerbitan sukuk ritel terus meningkat dan mendukung kebijakan inklusi keuangan di Indonesia. sukuk ritel diterbitkan sejak 2009 yang bertujuan mendukung pengembangan pasar keuangan syariah dan keuangan inklusif. 

Juga, mendorong transformasi masyarakat menuju investment oriented society. Investor dapat membeli dengan unit pembelian kecil atau retail. Sejak  2018 sukuk ritel diterbitkan secara online sehingga makin memudahkan masyarakat untuk memilikinya. SR seri 7, misalnya, dimiliki oleh 89.031 investor. Begitu juga seri 15 yang  dimiliki 371.001 investor.

Jenis sukuk lain yang diterbitkan ialah global green sukuk (USD) dan green sukuk retail. Debut penerbitan global sovereign green sukuk pada tahun 2018 mengukuhkan Indonesia sebagai negara penerbit green sukuk pertama di dunia. 

Saat ini Indonesia dikenal sebagai regular issuer yang konsisten menerbitkan global sovereign green sukuk setiap tahun. Pemerintah juga konsisten mengembangkan green sukuk sejak 2019 melalui seri sukuk tabungan. Penerbitan sukuk hijau ritel juga merupakan penerbitan sukuk hijau ritel pertama di dunia dan hingga saat ini berhasil menerbitkan Rp 11,88 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: