Pernah Incar Gunung Argopuro, Belanda Berencana Bangun Kota Masa Depan
Penulis buku Argopuro Understory Vol 1, Rakha Rizal Amin saat bedah buku dan diskusi di STIESIA Surabaya, Sabtu, 27 Januari 2024. -Wulan Yanuarwati -HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kawasan Gunung Argopuro meliputi empat kabupaten di Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 3.088 meter di atas permukaan laut ini membentang sepanjang Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Lumajang, Jember, dan Bondowoso.
Gunung Argopuro menyimpan kekayaan alam, sejarah, dan cerita rakyat yang beragam. Namun, tidak banyak literatur Indonesia yang menuturkan hal tersebut.
Maka, tercetuslah ide menulis buku oleh dua anak muda yang lahir dan besar di sekitar lereng Gunung Argopuro. Mereka ialah Rakha Rizal Amin dan Gisbian Perdana. Kedua anak muda ini menulis Buku Argopuro Understory Vol 1.
"Selama ini literasi hanya dari Belanda. Meneliti Argopuro ini susah-susah gampang, karena sumber minim dan rancu," ujar Rakha Rizal Amin.
BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (5): Jolotundo di Barat, Belahan di Timur
Buku mengulas Argopuro dalam konteks ilmiah periode masa Hindia Belanda. Buku ini launching dan dibedah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEISIA) Surabaya, Sabtu, 27 Februari 2024 sebagai sebuah awal.
Rencananya, bakal ada volume selanjutnya. Hal ini mengingat kekayaan cerita Argopuro yang tak pernah ada habisnya untuk diulas.
Dalam buku Argopuro Understory Vol 1 disebutkan rencana pembangunan kota masa depan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Gunung Argopuro dilirik Belanda sebagai sebuah kawasan layaknya surga bagi mereka. Rencananya akan dijadikan tempat peristirahatan karena iklim menyerupai Eropa.
Lokasi tepatnya di area Cikasur pada ketinggian sekitar 2.200 mdpl. Landasan pesawat terbang dibangun sekitar 1934 dan masih terlihat hingga saat ini. Mereka berencana membuat jalur transportasi darat dan udara. Jalur transportasi jalan raya, rel kereta api yang kemudian terintegrasi dan terpusat di Cikasur.
BACA JUGA:Mengitari Petilasan Leluhur serupa Fraktal UFO
Kemudian, kota itu akan dilengkapi rumah sakit, pertanian, peternakan, pembangkit listrik dan hotel. Jadi, berkonsep kota masa depan yang mandiri di tengah hutan.
"Dulu, Eropa ingin membuka pegunungan Hyang dengan akses kereta api, jalur selatan Argopuro. Itu sudah melalui kajian dan riset jalur kelayakan selatan dataran tinggi hingga alun-alun besar," jelas Gisbian Perdana.
Sementara itu, hadir dalam diskusi ialah Arkeolog Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi mengatakan nama Argopuro muncul belakangan. Sebelumnya, sudah ada nama kuno untuk Gunung Argopuro.
"Nama kuno sudah ada pada abad 19, nama lokal, yakni Pegunungan Hyang. Penyebutan Hyang penuh makna, bukan sekedar ucapan. Penyebutan asli Indonesia, terkait arwah leluhur yang diperdewakan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: