5 Tradisi Khas Perayaan Isra Mikraj di Indonesia, Ada Ngusiran di Lombok

5 Tradisi Khas Perayaan Isra Mikraj di Indonesia, Ada Ngusiran di Lombok

Ada banyak tradisi unik Isra Mikraj di Indonesia, salah satunya tradisi Ngusiran dari Lombok. --

HARIAN DISWAY - Hari peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW jatuh pada 8 Februari 2024. Perayaannya di Indonesia dihiasi dengan beragam tradisi unik yang memikat. Tidak hanya memperkaya warna lokal tetapi memperlihatkan kekayaan budaya dan spiritualitas yang ada di negeri ini.

Tradisi tersebut tercermin dalam berbagai acara, upacara, dan perayaan yang diisi dengan semangat kebersamaan, penghormatan, dan refleksi. Tentu saja setiap tradisi itu memiliki makna yang dalam dan berharga bagi masyarakat setempat.

Mereka melihat perayaan Isra Mikraj sebagai kesempatan untuk menguatkan ikatan spiritual dengan Nabi Muhammad SAW dan menghidupkan kembali nilai-nilai kebajikan serta kearifan lokal yang turun-temurun.

BACA JUGA: Niat Membayar Utang Puasa Ramadhan di Bulan Rajab

Dengan adanya beragam tradisi ini, Indonesia menjadi semakin kaya dengan ragam budaya dan kepercayaan yang memperkaya identitas bangsa. Berikut adalah 5 tradisi unik perayaan Isra Mikraj di Indonesia.

1. Tradisi Ngusiran di Lombok

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), tradisi Ngusiran menjadi bagian penting dalam perayaan Isra Mikraj. Tradisi ini melibatkan cukur rambut bayi yang baru lahir atau berumur di bawah 6 bulan. Biasanya diadakan di masjid atau musala pada hari-hari besar agama Islam.

Yang membuatnya unik adalah partisipasi tokoh agama dan masyarakat yang diundang yang turut mencukur atau memegang kepala bayi tersebut.

Selain Ngusiran, ada pula tradisi-tradisi lain yang meramaikan perayaan Isra Mikraj di NTB di antaranya Musik Garantung, Ruah Maulud, Praja Maulud, Migel, dan Kemang Male dari Sumbawa.

Setiap tradisi membawa makna dan keindahan tersendiri, memperkaya kultur dan spiritualitas dalam perayaan ini.

2. Tradisi Nyadran Siwarak di Semarang

Nyadran adalah tradisi bagi umat Islam yang menjadi momen penting dalam menyambut hari raya atau perayaan seperti Isra Mikraj. Di Semarang, Nyadran Siwarak adalah salah satu bentuk tradisi yang dilakukan dengan mengadakan kirab budaya keliling kampung.

Mereka membawa replika burung siwarak yang terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Kirab ini diramaikan dengan musik tradisional, termasuk alat musik lesung dan thek-thek.

Pada kesempatan ini, masyarakat mengenakan pakaian khusus, yaitu busana adat Jawa lengkap dengan caping. Tradisi Nyadran Siwarak juga menjadi momen kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi di antara masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: