Cisuak dan Tahun Naga Kayu (2): Saatnya Thian Memperbaiki Bumi

Cisuak dan Tahun Naga Kayu (2): Saatnya Thian Memperbaiki Bumi

Liem Tiong Yang memimpin peribadatan Jie Shi Shiang An. Ibadah untuk mengantar Malaikat Dapur dan Para Suci naik ke kahyangan. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Jie Shi Shiang An, ibadah mengantar Dewa Dapur dan Para Suci digelar di Kelenteng Ba De Miao, Surabaya. Ibadah tersebut juga dibarengi dengan ritual cisuak. Tahun 2024 diprediksi akan banyak gejolak. Liem Tiong Yang menjelaskan detailnya.

Asap dupa membubung di altar Thian, di sisi utara Kelenteng Ba De Miao, Royal Residence, Surabaya. Ibadah awal Jie Shi Shiang dimulai dari menghadap altar tersebut.

Wen Shi Liem Tiong Yang sebagai rohaniwan yang memimpin peribadatan tersebut. Di tangannya tersemat tiga batang dupa. Melambangkan prinsip peribadatan Konghucu. Menekankan pada keselarasan antara Tuhan, manusia dan alam.

Dalam prosesi itu doa dipanjatkan. Khususnya untuk mengantar keberangkatan Malaikat Dapur dan Para Suci untuk pergi ke kahyangan. Mereka membawa berbagai catatan tentang baik-buruknya manusia pada Thian, atau Tuhan.

“Setulus hati kami bersyukur dengan segala kebajikan di dalam hati,” ujarnya dalam doa. Umat Konghucu di belakangnya pun masing-masing membawa tiga dupa. Mereka berfokus dalam hening.

Setelah dari altar Thian, mereka beranjak ke altar Nabi Kongzi, nabi besar umat Konghucu. Di situ dipanjatkan doa supaya sepanjang tahun baru mereka mendapat berkah dan keselamatan.

Liem membaca doa puja-puji kepada Thian, dan menyampaikan bahwa mereka sekaligus menggelar upacara cisuak atau tolak bala.

Seharusnya upacara cisuak dilaksanakan menjelang naiknya Malaikat Dapur dan Para Suci ke kahyangan. Bukan setelah Imlek. Sebab, saat Imlek, Para Suci telah turun kembali ke dunia. Catatan baik-buruk manusia telah ditentukan oleh Tuhan.

“Kalau digelar setelah Imlek, menurut saya sia-sia. Karena ibarat laporan, itu sudah distempel oleh Thian. Sudah diputuskan takdir yang mereka jalani selama setahun ke depan,” ujarnya.

Maka, kesempatan untuk membuang energi negatif dalam ritual cisuak, bisa dilakukan saat ibadah Jie Shi Shiang An. 

“Istilahnya, kami titip sekalian pada Para Suci. Terutama doa yang ditulis dalam kertas kimcua berbentuk gunung. Untuk disampaikan di kahyangan,” tambah rohaniwan 60 tahun itu.

Dalam ibadah itu dilakukan prosesi pembakaran kertas kimcua berbentuk gunung. Api yang membubung ke langit diyakini akan sampai pada Thian. Sehingga harapan-harapan baik akan cepat didengar dan dikabulkan.

Sedangkan kertas-kertas kimcua berbentuk penyu, akan dilarung di Selat Madura keesokan harinya. Lantas pada akhir peribadatan, setiap umat membasuh wajah, kaki, dan tangannya dengan air kembang. Simbol segala energi negatif yang melekat di tubuh dapat dihapuskan.

Robby Gunawan, salah seorang umat tampak antusias mengikuti ibadah tersebut. Ia menggunakan kursi roda dan dibantu puterinya melakukan tahapan demi tahapan. “Saya berharap agar tahun ini diberi berkah, kesehatan, rezeki, dan keselamatan. Saya juga mendoakan keluarga saya agar senantiasa berbahagia,” ujar pria 71 tahun itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: