Industri Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Indonesia Hadapi Isu Global Warming

Industri Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Indonesia Hadapi Isu Global Warming

Dalam setahun, PLTU yang terletak di Paiton, Jawa Timur dapat menyuplai energi listrik sebesar 7000 GigaWatt. Jumlah tersebut dapat memenuhi 5 persen dari kebutuhan energi listrik se-Jawa dan Bali. --

HARIAN DISWAY - Indonesia memutuskan untuk mulai mengurangi penggunaan batu bara pada 2030. Harapannya pada 2056 tidak ada lagi emisi karbon di udara yang merupakan hasil dari penggunaan batu bara.

Keputusan ini didasarkan ketika para petinggi negara dari berbagai penjuru dunia mengadakan Conference Of the Parties (COP) 26 pada 31 Oktober-13 November 2021 di Gaslow, Skotlandia.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo ikut sepakat untuk menekankan pentingnya upaya bersama dalam membatasi kenaikan suhu global yang mencapai 1,5 derajat Celcius. 

Salah satu keputusan  yaitu mengurangi penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan melakukan transisi secara bertahap ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

BACA JUGA: Sikap PLN Terhadap PLTU Batu Bara: Tidak Semuanya Dipensiunkan

Ambisi pemerintah Indonesia tentang penggunaan EBT memang hal baik. Tetapi apakah rencana ini akan berjalan? Mengingat saat ini pembangkit listrik tenaga uap yang bahan bakar utamanya menggunakan batu bara merupakan pemasok energi listrik utama bagi Indonesia.

Dalam setahun, PLTU yang terletak di Paiton, Jawa Timur dapat menyuplai energi listrik sebesar 7000 GigaWatt. Jumlah tersebut dapat memenuhi 5 persen dari kebutuhan energi listrik se-Jawa dan Bali.

Menurut Shift Manager PT YTL Jawa Timur Arief Wibisono, PLTU yang bahan bakar utamanya menggunakan batu bara merupakan tulang punggung dari pemenuhan energi terutama di Jawa-Bali. 

BACA JUGA:Transisi Energi Terbarukan, Anies: Nasib Pekerja Tambang Juga Harus Dipikirkan

"Rencana tersebut merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi emisi karbon yang tercipta dengan tidak lagi membangun PLTU batu bara baru. Tapi bukan berarti meniadakan PLTU batu bara yang sudah berdiri," bebernya.
Batu bara yang masih menjadi sumber utama PLTU di Indonesia. --

Masalah utama dari adanya pembangkit listrik batu bara dan industri pada umumnya adalah polusi udara. Limbah CO2 yang mereka keluarkan ke udara dapat menyebabkan efek rumah kaca dan tentunya global warming.

Langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca adalah dengan tidak membuang limbah CO2 ke udara melainkan ke tanah?

Menurut Arief, seperti yang dilakukan Pertamina, gas CO2 yang merupakan limbah produksi ditangkap kemudian diinjeksikan kembali ke dalam bumi untuk meningkatkan pemulihan minyak. Proses ini dinamakan enhance oil recovery.

BACA JUGA: Lewat Co-firing, 40 PLTU PLN Group Mampu Turunkan Emisi hingga 429 Ribu Ton CO2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber