Bullying dan Geng Sekolah

Bullying dan Geng Sekolah

Terduga pelaku bullying dan penganiayaan siswa Binus Serpong akan dipanggil penyidik Polres Tangerang Selatan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

 

Bullying terjadi di SMA Binus Internasional BSD, Tangerang Selatan. Corporate PR SMA Binus Haris Suhendar pada Senin, 19 Februari 2024, mengumumkan, ”Ada delapan nama pelaku. Di antaranya, Legolas Rompies. Kami pun memanggil ayah Legolas, Vincent Rompies.”

BULLYING tak ada habisnya. Meski kasus Mario Dandy mem-bully David Ozora begitu dahsyat, sampai Mario dan ayahnya, Rafael Alun, terseret masuk penjara, pun tak membuat para remaja stop bullying.

Ayah Legolas, Vincent Rompies, adalah artis (musisi, presenter) terkenal. Tentu, Vincent tak tahu kejadian di depan SMA Binus itu. Ia sudah menyekolahkan yang terbaik buat anak. Namun, kejadian tersebut bakal menyeret namanya.

BACA JUGA: Anak Vincent Rompies Diduga Terlibat Kasus Perundungan di Binus, Ini Kata Polisi

Pengumuman dari Haris Suhendar menyebutkan, kejadiannya Selasa, 13 Februari 2024, di warung depan sekolah. Disaksikan banyak pelajar sekolah itu, sekitar 40 orang. Seorang saksi merekam video kejadian, lalu viral.

Haris: ”Pihak SMA Binus Internasional akan bertindak tegas terhadap pelaku kasus ini. Tanpa toleransi.”

Video kejadian tersebar di medsos. Diunggah di X oleh akun @capricornada_. Di sana diungkap detail delapan nama pelaku dan masing-masing melakukan kekerasan terhadap korban. Disebutkan begini:

Keanu menyundut-nyundut, memukul, dan membakar tangan pakai korek api.

BACA JUGA: Marak Kasus Bullying pada Anak, Ini yang Perlu Orang Tua Lakukan

Gavin memukul, mengancam membunuh, dan melecehkan serta menjambak.

Mada memukul. Tommy menendang kaki kanan, menonjok perut, dan memiting.

Zahran memerintahkan push-up, squat dan cubit dada korban 20 kali. Legolas mengikat korban ke tembok pakai tali garden dan menekuk tangan korban. Elang mencekik. Raul memukul perut korban.

Bisa dibayangkan, satu pelajar pria diperlakukan begitu. Remuk. Masih dirawat di rumah sakit. Keluarga korban sudah lapor ke Polres Tangerang Selatan.

BACA JUGA: Orang Tua Wajib Tau! Ini Ciri-ciri Anak yang Mengalami Bullying

Kasihumas Polres Tangsel Iptu Wendi Afrianto kepada wartawan, Senin, 19 Februari 2024, membenarkan adanya kejadian tersebut, juga laporan pihak keluarga korban. Korban masih dirawat di rumah sakit. Luka bakar dan memar di badan. Tim kami melakukan penyelidikan di tempat perkara,” katanya.

Di medsos, warganet ramai mencemooh Vincent Rompies, ayah pelaku. Akun X @ErikEst23462141 mengunggah begini:

”Anak-anak itu salah satunya kalau gasalah anaknya artis V***nt R*pies namanya L*s R*** anak kelas 12 di Binus School Serpong.”

Dilanjut: ”Mereka menghabisi anak itu tanpa ampun sampai kulitnya terbakar di sundut rokok dan tidak hanya itu di pukul pake kayu ramai-ramai divideoin.”

BACA JUGA: Polisi Sidik Bullying, Sekolah Bilang Bercanda

Pemilik akun lain mencemooh Vincent dengan unggahan: ”Tolong ajarin anak loe yg sok itu utk berperilaku baik... mau jadi Mario Dandy jilid 2? Mukulin junior pake kayu, divideoin, mukulin rame2, disundut rokok, sampe ngancem bunuh adik korban yg masih kelas 6 SD... pls @binusschoolserpong tolong keluarin dan lapor polisi....”

Warganet marah. Mereka paling bahaya karena jumlahnya banyak. Posting bertubi-tubi. Membuat polisi mau tak mau bergerak lebih cepat. Polisi bertugas dalam tekanan warganet. Atau bisa juga dipandang, warganet membantu polisi dengan aneka info.

BACA JUGA: Kisah Harry Maguire yang Sudah Kebal Bullying

Akun @Bos Purwa di X memberikan info yang lebih galak. Unggahan akun itu pada Minggu, 18 Februari 2024. Dalam sehari (Senin, 19 Februari 2024) unggahan telah disaksikan 4 juta kali. Isinya memang bisa membuat pengelola SMA elite itu sakit kepala. Atau, pengelola sekolah mendapat info baru. Begini:

Perundungan tersebut dilakukan geng pelajar SMA Binus sendiri. Nama gengnya Tai. Disingkat GT. Dipimpin pelajar kelas 12 sekolah itu. Pimpinan mereka sebut agit.

Para agit selalu mencari anggota baru. Anggotanya, ya pelajar sekolah tersebut. Sudah ada sejak sembilan angkatan. Mereka biasa berkumpul di sebuah warung kecil di belakang sekolah. Mereka beri nama Warung Ibu Gaul. Mereka di warung melakukan tindakan menyimpang seperti merokok, vaping, dan kekerasan.

BACA JUGA: Awas, Sibling Bullying Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental di Masa Depan

Calon anggota diiming-imingi beberapa benefit jika masuk GT. Misalnya, mendapat uang jajan, mendapat tempat parkir di dekat Binus (tempat parkir selalu penuh), dan imbalan utamanya status mereka di sekolah, tinggi atau dihormati. Pelajar yang bukan anggota GT di-bully.

Unggahan @Bos Purwa: ”Di kejadian itu, dilakukan GT. Korban adalah calon anggota GT yang katanya digembleng. Para penonton yang puluhan pelajar cuma menonton (tidak melerai) adalah anggota GT juga.”

Warganet memberikan aneka info. Sebagian benar, sebagian keliru. Namun, unggahan itu jadi bahan informasi pihak sekolah, juga polisi.

BACA JUGA: Stop Bullying, Polres Lumajang Sosialiasi di Sekolah

Terbukti, aktor Teuku Zacky mengunggah di Instagram, Senin, 19 Februari 2024, menceritakan hal yang mirip dengan unggahan Bos Purwa. Zacky mengunggah bahwa dirinya mendengar cerita itu langsung dari ibunda korban.

Zacky: ”Cerita yang saya dapatkan, kejadian ini dilakukan sekelompok geng anak sekolah tersebut kepada adik kelasnya yang katanya dilakukan sebagai ’tes fisik’ untuk masuk ke geng tersebut. Kata para pelaku, calon anggota geng harus kuat mental. Maka, korban diikat di tiang, diludahi bergantian, dicekik, dipukul kayu dari belakang, disundut rokok, hingga dihajar perutnya di depan banyak orang.”

Dilanjut: ”Kejadian dua kali. Selasa (13/2) dan diulangi lagi Kamis (15/2). Banyak lagi yang diceritakan oleh ibu korban ini. Ibu korban telah memegang videonya sebagai bukti laporan polisi.”

Banyak teori kriminologi-psikologi tentang penyebab bullying. Intinya, semua teori mirip: Sumber pendidikan anak yang utama dari rumah atau keluarga, tepatnya oleh ortu. Tapi, di kasus Binus ini agak lain, diduga dilakukan anggota geng sekolah. Pasti, ini lebih parah. Karena terorganisasi, tepatnya keroyokan. Bukan individu.

Dari warganet itu tampak, para pelajar di sana membentuk semacam partai politik untuk ukuran anak SMA. Para anggota dapat privilese, yang bukan anggota di-bully. Begitulah gaya mereka, kelak setelah benar-benar jadi politisi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: