Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11, Loenpia Tertua di Semarang sampai Generasi Kelima

Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11, Loenpia Tertua di Semarang sampai Generasi Kelima

Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 dijajakan dalam dua jenis. Loenpia basah dan kering. Dua-duanya diminati pengunjung. Bedanya hanya kulit loenpia basah tidak digoreng. Keduanya memiliki rasa yang khas.--HARIAN DISWAY

“Dari wadahnya kami masih pakai besek. Kemudian isiannya ada bermacam-macam. Seperti rebung, udang, telur, dan ikan pihi,” ujarnya. Lantas menunjukkan beberapa potongan daging ikan pihi yang diletakkan di atas daun pisang.


Isian utama Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 tak pernah berubah sejak awal yakni rebung, udang, telur, dan ikan pihi. --HARIAN DISWAY

Ikan pihi adalah ikan laut yang telah dikeringkan. Rasanya seperti ikan asin, tapi tak terlalu asin. Cenderung gurih dan renyah. “Kuliner loenpia itu ada di Tiongkok. Tapi bentuk dan isiannya berbeda. Jadi loenpia di sini adalah kuliner khas perpaduan Tionghoa-Jawa,” terangnya. 

Proses memasaknya kini telah modern. Di tokonya itu telah dipasang exhause atau penyedot asap. Sehingga asap hasil penggorengan tidak sampai keluar dan mengganggu. “Kalau proses pencucian dan pemotongan rebung tetap di rumah. Di sini tinggal proses memasukkan isi dan menggorengnya saja,” ungkapnya.

Loenpia yang dijajakan di tempat itu ada dua. Yakni loenpia basah dan kering. Dua-duanya diminati pengunjung. Bedanya hanya kulit loenpia basah tidak digoreng. Keduanya memiliki rasa yang khas.

Loenpia basah memiliki tekstur lembut, kenyal. Sedangkan loenpia kering cenderung krispi. Isiannya pun terasa renyah di lidah. Tak ada rasa rebung yang kuat atau bahan lain yang dominan. Ballance atau seimbang. Itulah rasa khas Loenpia Gang Lombok.

BACA JUGA:Bikin Ngiler! Baru Buka Satu Bulan, Tempat Makan ini Sudah Bikin Banyak Orang Ketagihan

Salah seorang pengunjung datang membeli loenpia basah. Ia mahasiswa ISI Yogyakarta, Muhammad Baqi El Vatikan. “Mumpung sedang di Semarang, saya sempatkan untuk beli loenpia basah,” katanya. 

Ia memakannya dengan lahap. Bagaimana rasanya? Vatikan mengacungkan jempol. “Enak. Renyah tapi juga lembut,” katanya, sembari terus mengunyah.

Hingga kini, usaha tersebut memiliki sembilan orang karyawan. Sebagian bekerja di rumah, sebagian lagi di toko. “Ada saudara-saudara yang membantu juga. Bahkan ada pula dari cucu-cucu kakek Tjoa yang membuka usaha sendiri,” katanya.

Namun, itu tak membuat omzet Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 turun. Justru kekhasan rasa, pengemasan, dan nilai historis itu yang diminati pengunjung. “Meski sekarang usaha serupa menjamur di Semarang, tapi Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 tetap dicari orang. Masih banyak pelanggan-pelanggan setia,” ujarnya.

Vincen menambahkan, “Kami tidak buka cabang. Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 hanya ada di sini. Kalau jastip (jasa titip, Red) memang ada yang jual di tempat lain tapi itu bukan cabang”. 

Pada hari biasa, Loenpia Semarang Gang Lombok No. 11 bisa menjual loenpianya sebanyak 500 buah. Sedangkan pada weekend atau hari libur, bisa menjual lebih banyak. Menu loenpia pun jadi hidangan menarik saat berbuka puasa. Baik loenpia basah maupun kering, per buah dijual Rp 20 ribu.

Tertarik mencoba? (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: