Khasanah Ramadan (12): Bukber Nonmuslim

Khasanah Ramadan (12): Bukber Nonmuslim

KEINDAHAN: Kebersamaan terasa dalam acara yang digelar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Surabaya dalam tema Ngobrolin Puasa dan Buka Puasa Bersama di gedung pertemuan gereja di Jalan Bubutan 69 Surabaya pada 16 Maret 2024. --Roemah Bhinneka

Fakta ini harus dirawat sepenuh hati karena pola struktur sosialnya sangat menyemesta. Sesama umat manusia apa pun agama dan kewarganegaraanya hadir dalam bejana buka bersama dalam semboyan: “Kami adalah umat manusia yang sama, sama-sama warga dunia”. 

Ajaib sebagaimana kesadaran saya yang terpukau saat mengeja karya agung David Deutsch The Fabric of Reality: The Real Theory of Everything (2023).
BANYAK PILIHAN: Paket menu buka puasa di hotel banyak ditawarkan. Seperti di Vasa Hotel Surabaya yang bertajuk 9th Nusantara Wonders yang mengangkat menu buka puasa dari kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. --HARIAN DISWAY

Ramadan menjadi semacan bentangan struktur realitas yang menyodorkan kenyataan yang membangun kebersamaan rumpun manusia. 

Dalam kerangka buka bersama saat Ramadan ini tersedia nuansa kebatinan kolektif yang terekam QS. Al-Kafirun ayat 5 yang mendeskripsikan: “untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”.

Terdapat ajaran toleransi dan moderasi yang amat terang. Apalagi dalam QS. Al-Hujurat yang 13. Terdapat pesan penting membangun relasi global.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Menghormati itu menerima kenyataan perbedaan iman ataupun suku bangsa, dan juga warna kulit sesama manusia penghuni bumi Tuhan.

Hati bangsa ini menjadi menyamudra tanpa sekat dan dapat mengenyam indahnya keragaman sekaligus aneka kudapan yang terjasikan di meja-meja santap buka puasa. 

Anjuran untuk saling mengenal ini telah tersurat lama dalam Al-Qur’an. Hal ini sangat esensial dan bukti bahwa komunikasi saling mengenal adalah kunci.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (14): War Takjil Pemersatu

Maka buka bersama di saat Ramadan ini menjadi suluh perekat kehidupan kebangsaan yang harus semakin kukuh, termasuk dalam menyambut pemimpin baru hasil Pemilu 2024. 

Dari undangan buka bersama yang diberikan oleh saudaraku nonmuslim, bahkan berjenis suku bangsa yang berbeda-beda, merupakan penanda bahwa kesediaan hidup rukun itu ada dalam setiap jiwa insan Nusantara. 

Mengikuti bahasa kesemestaan Sean Carroll dalam bukunya Something Deeply Hidden -terbit 2019 yang dicetak ulang 2023- bahwa “yang jauh tersembunyi” itu kini menyembul sebagai gerakan kerukunan. 

Selamat berbuka puasa bersama. (*)

Oleh: Suparto Wijoyo, Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: