Dua Mata Sisi Jika Muhaimin Maju Pilgub Jatim 2024

Dua Mata Sisi Jika Muhaimin Maju Pilgub Jatim 2024

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Nama Muhaimin Iskandar santer dibicarakan setelah masuk bursa calon gubernur (cagub) Jawa Timur.

Lantas, Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus calon wakil presiden di Pilpres 2024 itu menimbulkan pro kontra di masyarakat.

Bahkan secara elektabilitas. Cak Imin, sapaan karib Muhaimin Iskandar persis berada di bawah petahana Khofifah Indar Parawansa. Ada tiga nama yang masuk bursa cagub versi lembaga survei Accurate Research And Consulting Indonesia (ARCI).

Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa dengan 47,2 persen, Muhaimin Iskandar dengan 21,5 persen, dan Tri Rismaharini dengan 19,7 persen.

BACA JUGA: Jadi Calon Gubernur Jatim Terkuat versi ARCI, Khofifah Siap Lanjutkan Cettar Jilid Dua

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya Verdy Firmantoro menilai, pertarungan Khofifah melawan Muhaimin bak pisau bermata dua.

Satu sisi melahirkan pertarungan politik yang berkualitas. Tetapi di lain sisi, timbulnya perpecahan dalam masyarakat juga tak terelakkan. Utamanya pada kaum nahdliyin (Nahdlatul Ulama).

"Ini akan semakin mempertegas pertarungan di level nahdliyin, jika Cak Imin benar-benar turun ke gelanggang utama Pilgub," ucapnya kepada Harian Disway, Senin, 1 April 2024.

"PKB sepertinya tidak mau asal-asalan jika Cak Imin itu benar-benar diturunkan. PKB juga ingin memanfaatkan efek pantul politik dari keikutsertaan Muhaimin di Pilpres kemarin," imbuh Verdy.

Dari perspektif positif, ketokohan Khofifah dan Cak Imin yang sama-sama figur NU menjadi bukti bahwa NU memiliki stok pemimpin nasional yang diperhitungkan.

BACA JUGA: Khofifah, Muhaimin, Risma Bersaing di Pilgub Jatim 2024

Kendati demikian, pertarungan antara dua figur NU terbaik itu juga sekaligus menunjukkan ketidaksolidan internalnya.

"Ini memperkuat bahwa di tubuh NU selalu tidak kompak. Meskipun NU secara tegas sering kali menyampaikan bahwa tidak berpolitik secara praktis," ungkap Verdy.

"Tetapi dengan turunnya figur-figur tersebut di arena politik, menunjukkan ada (politik praktis. Bisa jadi, pertarungannya pada politisasi nahdliyin," tambah dosen sekaligus pengamat Lembaga Survei Indopol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: