5 Tokoh yang Memperjuangkan Hak-hak Buruh Indonesia, dari Marsinah hingga Widji Thukul
Ini 5 tokoh nasional yang memperjuangkan hak-hak buruh. --Harian Disway
Perjalanan Thamrin dalam dunia buruh dimulai saat ia bergabung sebagai buruh di PT Panasonic Manufacturing Indonesia pada 1971. Selama lebih dari tiga dekade, dari 1971 hingga 2002, Thamrin setia dalam menjalankan tugasnya.
Pada tahun 1978, di tengah kondisi lingkungan kerja yang kompleks, Thamrin memutuskan untuk mendirikan serikat pekerja lokal di pabrik Panasonic tempatnya bekerja. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, ia terpilih sebagai Ketua Serikat Pekerja Panasonic.
BACA JUGA:Hari Buruh, Masa Arus Balik Makin Panjang
Kehadiran Thamrin sebagai pemimpin serikat pekerja membawa harapan baru bagi para buruh. Ia berjuang keras untuk meningkatkan kesejahteraan dan hak-hak pekerja, serta memperjuangkan kondisi kerja yang lebih adil dan manusiawi.
Namun, perjalanan panjangnya dalam pergerakan serikat buruh berakhir pada 19 Agustus 2012, di Hari Raya Idulfitri 1433 H. Kepulangannya menjadi duka bagi seluruh komunitas buruh di Indonesia.
Meskipun fisiknya telah tiada, warisan perjuangan dan semangatnya tetap hidup dalam setiap langkah gerak perjuangan pekerja Indonesia. Thamrin Mosii akan selalu dikenang sebagai sosok yang gigih dan berani dalam membela hak-hak pekerja.
BACA JUGA:Fans Liga Inggris? Cocok Nih Nonton 'The English Game' di Hari Buruh
4. Widji Thukul
Ini 5 tokoh nasional yang memperjuangkan hak-hak buruh. -Wahyu Susilo-
Widji Thukul adalah sosok yang menjadi simbol perjuangan bagi para pekerja di Indonesia. Ia lahir pada 26 Agustus 1963 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia bukan buruh. Melainkan penyair dan aktivis.
Ia kerap menggunakan puisi-puisi dan syairnya untuk memperjuangkan hak-hak buruh. Sekaligus mengkritik rezim Orde Baru yang otoriter. Tak hanya itu, ia kerap membela hak kaum tertindas dengan terjun langsung ke jalanan. Memimpin demonstrasi.
Pada 1994, terjadi konflik agraria di kawasan Bringin, Ngawi, Jawa Timur. Widji Thukul memimpin massa petani melakukan orasi. Ia ditangkap serta dipukuli militer. Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo.
Selama berjuang Widji sering berpindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran aparat yang ingin membungkam suaranya. Ia mulai berpindah-pindah sejak peristiwa 27 Juli 1996 hingga masa reformasi tahun 1998.
Meskipun dalam kondisi yang sulit, Widji tetap menunjukkan keberaniannya dengan menggunakan seni dan sastra sebagai alat untuk menggalang semangat dalam memperjuangkan hak-hak kaum buruh.
BACA JUGA:Memperingati Hari Puisi Nasional, Inilah 7 Penyair Indonesia dengan Karyanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber