Melawan Kapitalisasi Dunia Pendidikan
ILUSTRASI Kapitalisasi di dunia pendidikan di Indonesia harus dilawan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
SEPEKAN kemarin terdapat dua hari yang berdekatan dan berkaitan erat, yakni Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sebagai entitas yang memegang peran krusial dalam memproduksi serta penentu roda ekonomi, buruh menjadi instrumen penting terhadap pelaksanaan suatu tatanan negara.
Seperti kita ketahui, setiap 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, termasuk pula di Indonesia. Sehari setelah peringatan May Day, diperingati pula Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap 2 Mei.
Dua hari besar tersebut memiliki keterkaitan yang signifikan khususnya apabila ditinjau dalam perguruan tinggi. May Day menegaskan hak-hak pekerja untuk perlindungan, upah yang layak, dan kondisi kerja yang manusiawi.
BACA JUGA: Gus Ipul Ajak LP Ma'arif Kuat Hadapi Tantangan Dunia Pendidikan
BACA JUGA: ChatGPT Masuk ke Dunia Pendidikan, Teknik Pengajaran dan Evaluasi Harus Berubah
Sementara itu, Hardiknas menyoroti pentingnya akses yang merata terhadap pendidikan berkualitas sebagai sarana untuk mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan mobilitas sosial.
Keduanya memberikan panggung untuk refleksi kolektif tentang bagaimana menciptakan lingkungan sosial dan ekonomi yang inklusif. Yakni, setiap individu memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensinya dan berkontribusi pada kemajuan bersama.
Dalam konteks perguruan tinggi, peringatan May Day dan Hardiknas mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan yang memberdayakan mahasiswa. Sebab, mahasiswa merupakan buruh di masa depan sehingga harus berkompeten agar dapat mengeksplorasi ide-ide baru, memecahkan masalah kompleks, dan dapat menganalisis situasi dengan sudut pandang kritis.
BACA JUGA: Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan
BACA JUGA: Refleksi Hari Pendidikan Nasional: Ki Hadjar Dewantara dan Hak Rakyat atas Pendidikan
Kualitas pendidikan itu penting agar tidak terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang membatasi ruang bagi pertumbuhan kreativitas dan pemikiran inovasi untuk menjadi insan yang produktif dan kritis dalam dunia kerja, bukan sekadar ”robot” yang dicetak melalui program-program magang.
MAHASISWA ADALAH BURUH DI MASA DEPAN
Kata buruh mungkin terdengar familier di telinga kita sebagai kelompok pekerja kasar yang bekerja di pabrik, sering melakukan aksi demonstrasi, dan berpendidikan tingkat rendah.
Namun, apabila mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah atau pekerja. Artinya, setiap orang yang melakukan kegiatan demi mendapatkan uang termasuk pula buruh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: