Dalam Refleksi dan Kebhinekaan, Peserta PMM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Mengamati Realitas Multikultural

Dalam Refleksi dan Kebhinekaan, Peserta PMM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Mengamati Realitas Multikultural

Mahasiswa PMM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo saat berkunjung ke wisata Buddha Tidur di Bejijong, Trowulan. --Unisma

Dari sisi agama, Muhlas menerangkan bahwa ada tiga menteri khusus era Majapahit yang mengatur agama masyarakat. Yakni Dharmmadyaksa ring Kasaiwan yang mengatur agama Hindu; Dharmmadyaksa ring Kasogatan yang mengatur agama Buddha; Dharmmadyaksa ring Karsyan yang mengatur kepercayaan penduduk lokal.

BACA JUGA: Mahasiswa Arsitektur Universitas Ciputra Wajib Pahami Sosok Romo Mangun

Itulah bukti terjaganya keberagaman di lingkungan Kerajaan Majapahit. Nilai-nilai yang harus dihayati para mahasiswa. Khususnya yang tergabung dalam PMM di Umsida sejak Maret 2024 hingga studi tersebut selesai pada akhir Juni 2024.

"Saya melihat kekayaan budaya yang tersebar di kawasan Mojokerto ini sebagai hal yang unik dan berkesan. Apalagi di tempat saya jarang ada candi-candi atau bangunan peninggalan masa lampau. Ini pengalaman baru," ujar mahasiswa Universitas Prima Indonesia Medan, Varhan Kudadiri, tentang kesannya. 

Senada, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar Aldi Wirandi mengapresiasi PPM. "Agenda mengenal kebhinekaan dalam lingkungan masyarakat dan peradaban masa lalu ini sangat sarat wawasan. Ternyata nenek moyang Nusantara telah menghayati prinsip yang agung itu sejak lama," ungkapnya.

BACA JUGA: Perjalanan 5 Negara dalam Eksplorasi Luar Angkasa

Di tempat lain, kelompok Sekartaji yang dipandu dosen Niko Fediyanto juga pergi ke berbagai tempat. Salah satunya ke Pura Luhur Poten Bromo di Ngadisari di kawasan Gunung Bromo. Menyaksikan langsung kehidupan multikultural dan tradisi khas Suku Tengger di sana.

Kelompok Barisan Imaji Nusantara (Barista) yang dikoordinatori oleh dosen Joko Susilo, pengajar mata kuliah Modul Nusantara, mengenal musik eksperimen 'saknemune'. Yakni musik yang berbasis bunyi yang diambil dari irama keteraturan hidup masyarakat,” ungkapnya. 

Lokasinya di D-Joglo Tamiajeng, Trawas. Di sana, Joko menggandeng musikolog Sidoarjo Aji Kelono. Mahasiswa pun diajak praktik. Menampilkan puisi atau lagu daerah yang ada di daerah mereka masing-masing.

BACA JUGA: Mengenal Sosok Neil Armstrong, Manusia Pertama yang Menginjakkan Kaki di Bulan

Lantas Aji menggunakan musik eksperimen tersebut sebagai latar musiknya. "Kami ajak membuat karya. Mereka nanti mementaskannya secara sederhana dalam bentuk tampilan panggung, yang akan digelar di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, pada 17-19 Mei 2024," ujar Joko.
Kelompok Barista mahasiswa PMM Umsida mendengar wejangan tentang seni keaktoran dari Didik Jogoyudo, aktor film Sang Kiai. --Unisma

Dosen 39 tahun itu memberikan pengalaman kepada mahasiswanya untuk mempelajari seni drama atau ludruk khas Jawa Timur di Lembah Tamiajeng, Trawas. Kegiatan dipandu oleh Didik Jogoyudo, pemain ludruk GPS sekaligus aktor film Sang Kiai.

"Selain untuk mengenal aneka seni-budaya yang ada di lndonesia, kegiatan ini juga berfungsi sebagai dasar pembentuk rasa percaya diri bagi mahasiswa. Mereka didorong untuk berkarya dan mau menampilkan karyanya," ungkapnya.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Sosok Ki Hajar Dewantara

Dalam paparannya, Didik menyebut bahwa semua insan dari berbagai bentuk profesi dan keilmuan, pada hakikatnya adalah seorang aktor. "Mereka wajib mempunyai kemampuan peran sesuai bidangnya. Maka belajar keaktoran adalah sekaligus belajar tentang kehidupan," ujarnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: